Category Archives: politik

Taujih Ust. Tate Ahad Kemarin

Sebenernya ada sedikit penyesalan saat saya terlambat tiba di Habib siang itu. Aku tiba pukul setengah dua siang, sedangkan agenda yang dijadwalkan oleh panitia adalah pukul duabelas. Meski begitu aku masih bersyukur bahwa aku datang saat itu tanpa keterpaksaan apapun, bahkan sedang bersemangat mengejar isian ruhiyah baru dari taujih kali ini. Sebenarnya aku sedikit ragu, karena rekan-rekan sehalaqah tidak ada yang memutuskan datang sehingga aku datang sendirian.

Habib hari itu sangat-sangat ramai. Motor-motor memenuhi lapangan parkir. Rombongan akhwat jilbab lebarpun terlihat berduyun-duyun memasuki masjid. Ada diantara mereka yang baru saja turun dari angkot tepat didepan gerbang, sebagian yang lain terlihat berjalan bergerombol dari depan gerbang citepus. Mungkin mereka baru saja menyelesaikan agenda halaqahnya. Sudah umum diantara ikhwah bahwa hari sabtu dan ahad sebagai hari ‘Liqo Akhwat Nasional’ karena memang mereka banyak meletakkan agenda pekanannya saat weekend.

Kedatanganku tepat saat seorang ustadz sedang memulai taujihnya. Selesai berwudhu aku segera memasuki masjid. Di pintu masjid seorang ikhwan menepuk betisku pelan. Ah… wajah yang cukup kukenal. Ternyata pak Dudi Lutpi, mas’ul kepemudaan di DPD. Subhanallah, satu hal yang kukagumi dari beliau adalah beliau masih mengingatku persis. Padahal kami sudah 1,5 tahun tidak bertemu setelah masa-masa pembentukan tim P2B kota Bandung. Aku sedikit kelabakan dan malu mengingat bahwa sudah 1,5 tahun ini aku menghilang dari tim itu.

Aku tidak terlalu mengenali wajah sang ustadz, berhubung sebenarnya aku jarang sekali ikut acara semacam ini. Beliau berorasi dengan begitu bersemangat. Aku tidak tahu persis apa temanya, yang pasti saat aku mulai mendengarkan beliau sampai pada bahasan mengenai tafsir Al-Muddatstsir. Kurang lebih isi bahasannya seperti ini:

Seperti kita tahu, rangkaian ayat pertama yang diturunkan oleh Allah pada Nabi Muhammad SAW adalah “Iqra!”, Bacalah! Rangkaian ayat ini bisa ditafsirkan sebagai perintah bagi manusia untuk belajar dan menyerap beragam informasi yang telah disediakan Allah melalui ayat-ayat kauni dan ayat-ayat qaulinya. Hal yang menarik adalah, bagaimana setelah rangkaian surat Al Alaq ini turun, maka Allah kemudian menurunkan surat Al-Muddatstsir (Orang yang berselimut).

Berdasarkan shirah, Al Muddatstsir turun ketika nabi pulang kerumahnya dalam keadaan begitu syok dan terguncang dengan pertemuannya dengan Jibril saat bertahannuts. Istrinya Khadijah segera menyelimuti Rasul yang terlihat menggigil seperti orang kedinginan itu. Saat itulah wahyu ini diturunkan.

Ayat 1:

Kata ‘muddatstsir’ yang disebutkan di ayat ini yang sekaligus menjadi nama surat ke 74 ini secara harfiyah berarti orang yang berselimut. Istilah ‘berselimut’ dalam ayat ini dapat ditafsirkan (seingat saya Ustadz menyebut menurut Fi Dzilalil Quran) dalam pengartian yang luas. Dalam hal ini ‘selimut’ yang dimaksud mencakup segala hal yang menghalangi semangat seseorang, sehingga selimut yang dimaksud dapat bermakna ‘selimut kemalasan’.

Ayat 2:

Ada dua perintah yang diberikan oleh Allah pada Rasulullah SAW, ‘qum!'(bangkitlah/bangunlah) dan ‘Andzir!’ (serulah!), dimana kedua fi’il amr ini tidak memiliki maf’ul bihi. Berkaitan dengan ayat pertama, kata ‘qum’ berarti bangkit dari segala ‘selimut kelemahan’ yang membelenggu ruh kita untuk bangkit. Sedangkan perintah ‘andzir!’ adalah perintah untuk menyerukan apa yang telah diwahyukan pada ayat surat Al-Alaq. Ketiadaan maf’ul bihi (objek penderita) dalam kalimat perintah itu dapat ditafsirkan sebagai universalitas dakwah islam. Dakwah Rasulullah sebagai rasul terakhir ditujukan kepada seluruh umat manusia, dan bukan pada suku, ras, golongan, gender atau kalangan tertentu. Fragmen ayat ini sekaligus juga menjadi perintah dakwah pertama bagi kaum muslim untuk menyeru pada seluruh manusia.

Ayat 3:

Dalam ayat ketiga (‘wa Rabbaka fa Kabbir’/”Dan Nama Tuhan-Mu, Besarkanlah!”), terdapat suatu keunikan karena Allah SWT menggunakan susunan kalimat ‘wa rabbaka fa kabbir’ dan bukan ‘fa kabbir rabbaka!’ (besarkanlah nama Tuhanmu!) meskipun keduanya memiliki makna yang nyaris sama persis. Penafsiran mengenai hal ini ada tiga poin:

  1. Bahwa dakwah islam hanya memiliki satu visi, yaitu untuk membesarkan nama Allah SWT. Maka dari itulah ‘rabbaka’ menjadi penekanan dengan diletakkan pada awal kalimat tersebut. Ini adalah penegasan pula bahwa kita berdakwah bukan untuk sebuah kemenangan partai, kemenangan seorang kepala daerah/kepala pemerintahan, melainkan semata untuk menegakkan nilai-nilai islam dimuka bumi ini. Nilai yang bisa diambil disini adalah kelurusan niat.
  2. Bahwa sebesar apapun tantangan dan hambatan yang kita alami dalam jalan ini sesungguhnya tiada artinya dibawah ke’Maha Besar’an Allah SWT. Hal ini sekaligus isyarat bahwa dakwah islam dibangun atas dasar tauhid yang murni, dengan penafian segala kebesaran dzat kecuali kebesaran Allah SWT semata. Nilai yang bisa diambil adalah pentingnya menjaga ma’nawiyah dalam menjalani aktivitas dakwah.
  3. Bahwa dakwah Islam didasari semata atas dasar keikhlasan. Melepaskan semua bentuk motif-motif kesombongan dan takabur yang ada dalam aktivitas dakwah kita, karena hanya milik Allah SWT lah segala Kebesaran. Nilai yang bisa diambil adalah pentingnya kelurusan niat dan keikhlasan dalam beramal.

Ayat 4:

Dalam ayat ini kata ‘bersihkanlah!’ memiliki arti membersihkan diri, hati, niat, dll sehingga karakter/kepribadian yang menarik terpancar dari diri seorang muslim (Jleb! Kena deh!).

Ayat 5:

‘Rujza faHjur’ memiliki makna perintah untuk menghindarkan diri dari segala bentuk kemusyrikan, diantaranya saat niat kita kurang lurus.

Ayat 6:

Ayat ini mengingatkan kita untuk tidak mengharap-harapkan datangnya balasan yang lebih didunia dari apa yang kita keluarkan dalam amal-amal kita. Meskipun ada pula janji Allah SWT tentang datangnya balasan berlipat didunia dan akhirat dari apa yang kita korbankan. Intinya adalah Tadhiyah dan keikhlasan!

Ayat 7:

Ayat ini menegaskan tentang arti penting tawakkal dan kesabaran setelah segala sesuatu yang kita ikhtiarkan. Ini berkaitan dengan peringatan yang diberikan Allah di surah Al Hajj seputar ‘Kemenangan-kemenangan yang tertunda’. Pemaknaan lebih dalam dari ayat ini merupakan pengingat kita bahwa makna ‘kemenangan’ bagi Allah begitu luas. Apa yang secara dzahir terlihat seperti kegagalan dari sudut pandang manusia bisa jadi sebenarnya kemenangan yang gemilang (berupa ganjaran pahala) dimata Allah atau terdapat hikmah yang mungkin saat itu akan sulit dicerna oleh pikiran manusia, namun terungkap setelah sekian waktu berjalan.

Contoh (oleh-oleh DMM nih), saat Baghdad diduduki pasukan Mongol, ternyata kemudian dakwah islam justru menjadi menemukan ‘kebangkitan baru’ dengan terbukanya jalur laut perdagangan ke Gujarat, yang akhirnya merambah hingga ke Nusantara. Tanpa adanya tragedi penaklukan Baghdad tersebut, mungkin dakwah sampai ke negeri kita akan tertunda puluhan hingga ratusan tahun. Contoh lain misalnya hikmah dibalik perjanjian hudaibiyah yang menjadi pintu ekspansi dakwah  yang lebih luas bagi kaum muslimin.

Alhamdulillah, Allah masih menganugerahkan semangat bagi saya untuk merecharge ruhiyah saya hari ini. Semoga menjadi washilah menjadi diri yang lebih baik dan lebih produktif. Semoga rangkaian taujih hari ahad kemarin menjadi sumber telaga semangat dan inspirasi menuju kemenangan di Pilkada Bandung dan Pemilu Nasional.

Oh iya satu lagi, setelah tanya kanan-kiri, barulah saya ngeh bahwa itu yang namanya ustadz Tate Qomarudin. Hmm… akhirnya saya bertemu dengan orang dibelakang lirik-lirik ‘maknyus’ Shoutul Harokah. Ah dasar gaptar(gagap tarbiyah)nya saya… hehehe.

Wallahu a’lam bisshawab…

Jawaban bagi saudaraku…

Setelah artikel ini, yang kemudian saya tanggapi dengan ini, penulisnya kemudian memberikan tanggapan lebih lanjut yaitu ini. Oleh karena itu saya coba untuk memberikan tanggapan sebagai berikut:

Hmm… ok, Insya Allah saya bisa menangkap pesannya. Oleh karena itu saya mohon maaf, berarti masalah ini ada pada tataran perbedaan pandangan kita seputar dakwah politik serta bagaimana kita memandang hubungan kita sebagai individu muslim dengan ulil amri/penguasa. Hal ini bersifat furu’iyah (ijtihadi dalam dakwah), dan bukan hal yang bersifat Ushul (pokok ).
Saya menghormati argumen dan sikap antum tersebut seutuhnya, namun disamping itu saya berharap pula antum bisa menghormati sikap yang kami pilih yang meninjau fenomena ini dari sudut pandang berbeda. Sekali lagi, saya memohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga gesekan-gesekan kecil dalam hal pemikiran ini tidak menghalangi kita untuk tetap berukhuwah sebagai sesama muslim.

Penyebab utamanya telah jelas, yaitu bagaimana masing-masing memahami interaksi antara seorang muslim dengan pemerintahnya memang sama sekali berbeda. Tanpa mencoba untuk merendahkan atau beradu/menyanggah argumen beliau, saya coba memaparkan sedikit dari apa yang saya pahami. Bahwa sebagaimana rukun islam yang lima, dakwah dan amar ma’ruf nahyi munkar merupakan kewajiban yang secara inheren muncul bersama dengan keislaman kita. Pada intinya, dakwah merupakan kewajiban yang melekat pada diri seorang muslim.

Salah satu bentuknya adalah mengkritisi dan meluruskan kedzaliman yang dilakukan institusi pemerintah terhadap rakyat yang diayominya. Inti dari keberadaan pemerintahan adalah untuk memberikan kemaslahatan bagi ummat, jika hal itu tidak dapat dilakukan oleh ulul amri dan bahkan cenderung terjadi hal sebaliknya (eksploitasi rakyat secara zalim) maka sudah sepatutnya sebagai seorang muslim mengingatkan. Tujuannya agar yang sudah salah tidak semakin bertambah salah.

Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS Ar-ra’du: 19)

Wallahu a’lam bishshawab

Negeri Penghutang Bermobil Mewah

Saya tiba-tiba tertarik untuk memberi komentar terhadap artikel milik “Jagoan Saya” ini. Berkaitan seputar kesemrawutan lalu lintas kota bandung dan juga isu Pengurangan “Subsidi” (yang menurut pak Kwik sebenarnya mengada-ada) BBM, menurut saya pembatasan tempat parkir bukan suatu solusi yang tepat, setidaknya untuk menjawab dua masalah sekaligus. Bagaimanapun saya pikir sumber masalahnya adalah terlalu banyaknya jumlah kendaraan yang dimiliki penghuni Republik indonesia. Jadi solusinya (edited)…

Menurut saya yang harus dibatasi bukan parkirannya pak… Tapi jumlah kendaraannya.

Nyambung dengan kasak-kusuk akhir-akhir ini soal BBM dan Bantuan Langsung Tewas (karena rebutan) sebenarnya langkah pengurangan subsidi yang dilakukan pemerintah bisa kita nilai sebagai kebijakan yang tidak perlu terjadi.

Ahmadinejad bisa membuat subsidi BBM bagi masyarakatnya hingga dibawah Rp. 1000/L, tetapi dengan konsekuensi logis, jumlah kendaraan dikurangi (diantaranya kebijakan 1 keluarga 1 mobil, pelarangan penggunaan mobil tua dan pengetatan peraturan kepemilikan mobil baru). Kebijakan penaikan harga BBM oleh pemerintah menurut saya hanya menambah ironi yang terlihat dari bangsa ini.

Saat mahasiswa, karyawan dan buruh berdemo protes kenaikan harga BBM, ternyata banyak juga masyarakat yang protes karena kendaraan pribadinya terjebak macet karena demo tersebut. Padahal kalau jumlah kendaraan pribadi bisa direduksi dan fasilitas transportasi umum bisa dibenahi, kemacetan bisa hilang dengan sendirinya.

Wajarlah jika kemudian bangsa yang miskin fisik dan moral ini membuat orang luar terbengong-bengong. Saat mereka ingin mengucurkan ‘bantuan’ a.k.a hutang, yang mereka temui adalah serombongan pejabat berjas diatas mobil berkursi empuk dan sejuk ala selebritis. Padahal mereka sendiri hanya naik transportasi umum.

Jadi, masalahnya sekarang jumlah kendaraan atau luas area parkir di Bandung?

Seandainya Pemerintah Kita Tidak Tuli…

Saya baca artikel ini, dan merasa perlu memberikan tanggapan seperti dibawah ini (Siapa tau orangnya menolak komentar saya):

Wallahu A’lam ya…
Saya termasuk yang pro terhadap Demonstrasi dengan banyak argumen:

Pertama, karena pengungkapan aspirasi paling murah dan dapat menggugah perhatian orang banyak adalah demonstrasi. Yakinlah mas, mau sekeren apapun konsep dan solusi yang anda buat untuk masalah bangsa ini, kalo anda nggak bisa menyampaikannya pada pejabat kita yang tuli dan mati hati di jakarta sana maka konsep anda sampai kapanpun hanya sekedar tumpukan kertas.
Kedua, mahasiswa dan demonstran itu bukan selebritis mas, temen2 kita yang buruh juga bukan artis. Tapi mereka punya aspirasi untuk pemerintah/legislatif. Apa anda pikir jika mereka ngirim perwakilan ke Istana/DPR suara mereka akan didenger? NGGAK mas! Kenyataan dilapangan: Kalo aspirasi kita-kita yang rakyat kecil ini mau didenger, nggak ada jalan lain bahwa Demonstrasi lah sarananya.
Ketiga, masalah kemudian banyak efek samping dari demonstrasi seperti kemacetan dan kerusuhan, itu sih balik lagi ke para demonstran dan manajemen massanya. Bukti nyatanya bahwa demonstrasi itu tidak selalu berefek buruk ada kok. Coba anda perhatikan kalo Kader PKS (bahkan sejak 1999 masih bernama PK) turun kejalan, sudah hampir dipastikan polisi udah nggak dibutuhkan di jalanan untuk menjaga ketertiban demo. Mereka udah bisa mengatur diri mereka sendiri.
Jadi kesimpulannya… ‘DEMO = Rusuh + Macet’ itu nggak benar…

Saya ingin menutup posting ini dengan 3 buah lagu aksi yang sampai sekarang masih melekat dihati:

Lagu pertama adalah lagu yang paling sering digunakan pada Aksi kabinet KM ITB masa Presiden Ahmad Mustofa hingga Anam:

Kepada para mahasiswa, yang merindukan kejayaan…
Kepada rakyat yang kebingungan, dipersimpang jalan…
Kepada pewaris peradaban, yang telah menggoreskan…
sebuah catatan kebanggaan, dilembar sejarah manusia…

wahai kalian yang rindu kemenangan, wahai kalian yang turun kejalan
demi mempersembahkan jiwa dan raga, untuk negeri tercinta (2X)

Lagu kedua, kreasi dari rekan-rekan aktivis kiri. Tapi pesan dan semangat yang dibawa sebenarnya universal:

Buruh, Tani, Mahasiswa, Rakyat Miskin Kota

Buruh tani mahasiswa rakyat miskin kota
bersatu padu tuntut perubahan
bersatu tekad dalam satu suara
demi tugas suci yang mulia

Hari-hari esok adalah milik kita
terciptanya masyarakat sejahtera
terbentuknya tatanan masyarakat
Indonesia baru tanpa orba

marilah kawan mari kita berjuang
di tangan kita tergenggam arah bangsa
ayolah kawan ayo kita dendangkan
sebuah lagu tentang perubahan

di bawah topi jerami
kususuri garis jalan ini
berjuta kali turun aksi
bagiku suatu langkah pasti

di bawah topi jerami
kususuri garis jalan ini
berjuta kali turun aksi
bagiku suatu langkah pasti

berjuta kali turun aksi
bagiku suatu langkah pasti

Buruh tani mahasiswa rakyat miskin kota
bersatu padu tuntut perubahan
bersatu tekad dalam satu suara
demi tugas suci yang mulia

Hari-hari esok adalah milik kita
terciptanya masyarakat sejahtera
terbentuknya tatanan masyarakat
Indonesia baru tanpa orba

marilah kawan mari kita berjuang
di tangan kita tergenggam arah bangsa
ayolah kawan ayo kita dendangkan
sebuah lagu tentang kebebasan

di bawah rezim tirani
kususuri garis jalan ini
berjuta kali turun aksi
bagiku suatu langkah pasti

di bawah rezim tirani
kususuri garis jalan ini
berjuta kali turun aksi
bagiku suatu langkah pasti

berjuta kali turun aksi
bagiku suatu langkah pasti

bagiku suatu langkah pasti

Lagu ketiga, kebanggaan mahasiswa ITB. Judulnya Kampusku, sebuah simbol perlawanan terhadap kesewenang-wenangan militer terhadap mahasiswa selama orde baru. Sekarang jadi simbol perlawanan terhadap kesewenang-wenangan rektorat terhadap kreativitas mahasiswanya:

“Kampusku rumahku, Kampusku negeriku
Kampusku kebebasanku, Kampusku wahana kami

Di sana kami DIBINA, menjadi MANUSIA DEWASA
Namun kini apa yang terjadi, ditindas semena-mena

Berjuta Rakyat menanti tanganmu, mereka lapar dan bau keringat
Kusampaikan salam-salam perjuangan, kami semua cinta-cinta Indonesia.”

Semoga jadi janji yang tidak akan pernah mati:
SALAM GANESHA!! BAKTI KAMI, UNTUKMU TUHAN, BANGSA DAN ALMAMATER! MERDEKA!

Dr. Taufikurahman for Bandung City

Banner Gede [BANGET]

Banner BIASA

About Pak Taufik:

Blogger Review: Dr. Taufikurahman
Serunya Blogger vs Blogger di Pilkada Jabar
Review Blogger di Pilwakot Bandung by Dhimas Lazuardi
Sindo 20/05/08
Blog Pak Arry
Pikiran Rakyat 20/05/08
Tribun Jabar

Dosen Blogger vs Dosen Blogger

Dosen Blogger vs Dosen Blogger di Pilkada Bandung

Alhamdulillah, akhirnya setelah bertanya-tanya beberapa minggu ini, akhirnya terjawab sudah siapa yang akan diusung oleh si Bulan Sabit Kembar a.k.a Kupu-Kupu Emas pada pilwakot Bandung 2008 ini. Dan ternyata benar sesuai dugaan saya, Om Taufik (Dr. Taufikurahman, dosen SITH ITB) akhirnya di perkenalkan sebagai calon Walikota Bandung dari Partai Keadilan Sejahtera. Meski belum ada kabar pasti tentang siapa yang akan mendampingi beliau, namun setidaknya sudah ada kepastian bahwa PKS tidak akan mendukung Walikota Incumbent Dada Rosada (inget Tek-tek-dung-dung-tek). Kabar ini juga sekaligus menambah jumlah bakal pasangan calon Walikota-wakil walikota dari kalangan Akademisi Institut Teknologi Bandung setelah sebelumnya pak Arry Akhmad Arman dosen STEI yang juga anggota Laskar Blogger Dosen ITB juga maju melalui jalur independen.

Berhubung pak Taufik paman saya sekaligus dosen saya di SITH, yaa… saya ‘terpaksa’ mendukung beliau. Tetapi siapapun yang saya dukung, saya cenderung mendukung seorang blogger sebagai calon walikota/kepala daerah. Kenapa? Karena saya juga seorang blogger, dan saya menilai sosok blogger memiliki kepekaan lingkungan yang lebih tinggi ketimbang mereka yang jarang menuliskan isi pikirannya dan membaginya kepada orang banyak. Meski mendukung pak Taufik, tetapi saya juga berharap bahwa pak Syinar dan Pak Arry mampu meraih dukungan 80000 suara agar dapat lolos verifikasi sebagai calon independen.

Jika hal ini benar terjadi, maka ada dua dosen blogger yang akan berkompetisi melawan Si Walikota Uzur. Hal ini tentunya memunculkan suatu harapan baru untuk masyarakat bandung secara umum dan blogger Bandung secara khusus. Blogger dengan karakternya sebagai sosok jurnalis independen dan pengusung kebebasan berpendapat setidaknya dapat diharapkan untuk bisa memberi warna baru dalam struktur birokrasi kota bandung ini. Para blogger yang kepekaannya senantiasa terasah dengan mengungkap fenomena lingkungan dan sosial kedalam wujud tulisan yang bebas dibaca orang banyak setidaknya lebih bisa diharapkan akan menghasilkan kebijakan pro-rakyat dan lebih peduli pada agenda pemberantasan korupsi.

Saya sendiri berharap bahwa meski berbagai survei menjagokan Tek Tek Dung Dung Tek untuk kembali menduduki kursi Bandung 1, pilkada kali ini dapat menjadi sarana pencerdasan politik bagi warga bandung. Setidaknya masyarakat bisa diajak lebih berpikir kritis dan tidak pragmatis terhadap nasib politik kota bandung kedepan. Kekecewaan terhadap pemerintahan sebelumnya sah-sah saja, tetapi semoga hal ini tidak membuat masyarakat keburu putusasa dan memilih golput sebagai solusi. Mengutip ucapan seorang ustadz yang juga anggota DPRD kuningan: “Nggak ada jalan lain… Kita nggak bisa terlalu mengharapkan kerjasama dengan mereka (partai-partai korup). Negara ini hanya bisa bersih jika dipegang oleh kalian… Negara ini hanya bisa bersih jika dipegang oleh mereka yang percaya sama neraka dan hari akhir!!“.

Sedikit press release dan kabar seputar pencalonan pak taufik:

[Ambil Hikmahnya Aja] Yos gak pantes jadi Presiden!!

Menyikapi kekalahan tim thomas tadi malam, saya pikir sutiyoso sebagai ketua PBSI dan tentu saja mantan gubernur jakarta memang nggak ada pantes-pantesnya jadi presiden RI… Jadi semoga kekalahan piala thomas ini sudah cukup menjadi warning bagi kita semua untuk tidak percaya pada pendahulunya si kumis baplang yang sekarang mimpin jakarte. Semoga juga pada inget ketika menjelang lepas jabatan tiba-tiba satpol PP melakukan beberapa aksi penggusuran kayak kejar setoran, diantaranya penggusuran sebuah komplek rumah susun di klender (kalo nggak salah). Yah… kalo sampe tuh mantan pangdam jadi presiden, kira-kira siapa aja ya yang bakal kena gusur? Mungkin saya… atau jangan-jangan malah anda. Jadi jangan coba-coba deh milih eks-militer ini.

Blogger Review: Taufikurahmans Park

Nama saya “Taufikurahman”, tiga belas huruf, dengan “k” (bukan “q”), dan satu “r”. Kenapa perlu penekanan demikian ? karena sering saya menjumpai orang tidak tepat menulis nama saya. Lucunya dengan tiga belas huruf bersambung itu, saya menjumpai tidak jarang orang salah menyebutnya, sehingga yang terbaca: “Taifukurahman” ( capek deh…

Begitu kira-kira pak Taufik memperkenalkan dirinya diblognya. Unik juga ceplas-ceplos Dosen yang juga Paman saya ini. Blognya tersebut membahas berbagai hal dari isu lingkungan, kuliah yang di ajarkan hingga masalah politik. Saya sendiri baru sekitar 2-3 bulan lalu mengetahui bahwa beliau juga ngeblog. Pengalaman menggembirakan juga bisa bertemu dosen dengan cara yang berbeda, melalui media blog yang relatif lebih tanpa batas.

Saya ingat, pertama kalinya saya menemukan blog beliau, saya langsung ‘say hi’ dan meninggalkan jejak komentar blog tersebut. Ternyata kunjungan saya tersebut juga dibalas, dan beliau sempat beberapa kali berkomentar di blog ini. Komentar ceplas-ceplos yang hangat dan ringan mungkin bisa menjadi ciri khas beliau. Setidaknya hal itu yang anda temukan dalam tanggapan beliau pada komentar dari para pengunjung blognya.

Sebagai seorang akademisi, beliau sempat menjadi sorotan publik saat dengan tegas mendukung teori Dr. Harun Yahya yang menggugurkan teori Evolusi Darwin. Hal ini kemudian memunculkan sikap pro-kontra dari berbagai pihak. Sikap kontra diantaranya disuarakan oleh Dr. Wildan Yatim dari UNPAD, yang sempat dipublikasikan di koran kompas. Terlepas dari pro kontra tersebut, saya berpendapat bahwa dialektika ilmiah ini sebagai suatu kewajaran dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Baik pendukung darwinian atau harunian masing-masing memiliki argumennya sendiri, yang bukan tidak mungkin, seiring berkembangnya IPTEK dimasa depan, salah satu diantaranya akan digugurkan oleh yang lain, atau justru bisa saja tumbang oleh teori yang lebih mutakhir.

Isu lain yang beliau soroti diantaranya seputar konsep utopis PLTSA yang diusung sang Walikota Incumbent Dada Rosada (khas sunda sekali, namanya berirama ‘Tek-Tek-Dung-Dung-Tek’ seperti juga Cecep Suracep, Maman Surahman, Toto Kasmanto, Dodol Surodol, dll). Isu ini juga mengundang kontroversi setelah tiba-tiba saja di sudut-sudut jalan muncul spanduk yang mengklaim dukungan warga bandung terhadap rencana aneh Pemkot (sebenarnya rencananya atau pemkotnya yang aneh?) tersebut. Lucunya, spanduk-spanduk itu terlihat seragam dan hanya berbeda wilayah warga yang di klaim. Propaganda yang aneh dari si Incumbent.

Beliau yang saya kenal juga cukup concern pada isu seputar politik kepemerintahan. Ketua KALAM (Keluarga Alumni Salman ITB) regional Jabar (Bandung) ini ikut menyoroti masalah pengelolaan pasar tradisional diwilayah bandung yang beliau nilai dikesampingkan oleh pemkot yang terlihat lebih pro terhadap perkembangan supermarket dan mall yang berpotensi mematikan para pedagang kecil. Selain itu, pembina asrama mahasiswa PPSDMS Nurul Fikri regional Bandung ini juga memperhatikan masalah pendidikan, diantaranya biaya masuk sekolah yang kian melambung di ibukota Jawa Barat ini.

Sedikit sebagai penutup tulisan ini, ada satu tulisan ayah dari 4 putri dan 1 putra ini yang ingin saya kutip. Gaya membungkus cerita yang ringan untuk isu calon independen pada pilkada bandung yang akan segera berlangsung cukup unik untuk disimak. Berikut kutipannya:

Bagaimana kalau semua calon independen tersebut ternyata bisa memenuhi persyaratan mengumpulkan tanda tangan dukungan dan fc KTP para pendukungnya sebanyak 3 % dari total populasi Bandung yang 2,4 juta jiwa, yakni sekitar 60-70 ribu dukungan ? Itu tentunya sebuah jumlah yang lumayan banyak euy… Bila hal tersebut terjadi, wah heboh juga ya, pilkada pertama di Indonesia yang mengikut sertakan calon perorangan diiikuti oleh sebanyak 35 pasang calon… “gubrak” ! Sejauh ini sih baru ada satu pasang yang sudah meng-claim sudah mengantongi 70 ribu pendukung… hebat euy.

Jika jumlah calonnya buanyak (more than sekedar ‘banyak’), kebayang kertas suara yang akan dibuat akan buegitu luebar dan puanjang (remember: luebar x puanjang = luuuuas !) seperti pemilu partai yang lalu dan mugkin juga yang akan datang…. kasihannya aki-aki jeung nini-nini nu bakal ripuh ngalipet kertas suara di bilik nu leutik saukuran kandang itik atawa kikirik atawa jangkrik 🙂  halah…. capek dech !

Saya nggak bisa menahan tawa saat membaca tulisannya ini. Walaupun saya nggak bisa ngomong sunda selain nanaon, punten, nuhun dan sejenisnya, tapi tulisan ini cukup ngena untuk menggambarkan bahwa akan sangat merepotkan jika ternyata pilkada kali ini terlalu penuh (sekali lagi TERLALU PENUH) dengan calon independen.  Bisa dibayangkan bagaimana lueeeeebar dan puaaaaannjangnya kertas suara yang harus di sediakan KPUD agar semua calon tersebut muat.

Calon Independen Pilkada Bandung

Dapet dari blognya Enda. Calon independen untuk pemilihan walikota euy…

Calon wakilnya dosen elektro ITB, blogger pula, sejak bulan lalu udah nangkring di blogroll saya.

Silahkan datang ke So… postingan ini sebagai sebuah dukungan… semoga dengan adanya calon independen, Pilkada semakin demokratis dan nggak cuma jadi ajang rebutan eksistensi dan umbar janji parpol-parpol aja.

Kunjungi websitenya

Profil Calon

Kami, masyarakat independen Kota Bandung yang terdiri atas kaum pekerja/buruh, kaum muda/mahasiswa, akademisi, profesional, pedagang, dan elemen-elemen masyarakat lainnya mencalonkan:

Paduan Syinar Budhi Arta (calon walikota Bandung) dari kalangan buruh (pekerja) dan Arry Akhmad Arman (calon wakil walikota Bandung) dari akademisi (intelektual) diharapkan menjadi sinergi yang dapat memberikan solusi nyata bagi kota kita yang tercinta ini. Dengan tidak mendahului Tuhan YME, kami yakin mereka adalah orang-orang yang dapat dipercaya, punya kemampuan dan siap menjadi pelayan masyarakat.

Dengan ajakan ”Hayu Babarengan Bebenah Bandung”, paduan dua putra Bandung asli ini siap bekerja bersama-sama masyarakat untuk menjadikan Bandung yang lebih baik. Insya Allah mereka adalah orang-orang yang amanah!


  1. Download Formulir Dukungan (pdf)
  2. Tuliskan seluruh keluarga, rekan kantor, tetangga, yang sudah berhak memilih dan memiliki KTP Bandung dalam form tersebut.
  3. Satu form hanya boleh diisi daftar pendukung dari SATU KELURAHAN YANG SAMA. Jika anda punya pendukung lain yang berbeda kelurahan, gunakan form yang berbeda.
  4. Jangan lupa sertakan fotocopy KTP KOTA BANDUNG yang masih berlaku untuk setiap pendukung.
  5. Materai boleh diisi ataupun tidak, kami sangat berterima kasih jika anda juga berkenan menyumbang materainya.

Formulir dukungan yang sudah terisi dapat disampaikan kepada:

  1. Sekretariat Utama, Jl. Serayu 8 Bandung (sekitar Jl. Bengawan)
  2. Ibu Teti/Pak Iwan, Salman Business Center, lantai 3 (belakang mesjid Salman ITB), Jl. Gelap Nyawang

ATAU

Anda boleh datang langsung ke salah satu sekretariat di atas tanpa membawa formulir dukungan. Cukup membawa KTP, kami fotocopykan di sekretariat, dan anda tinggal mengisi formulir disana.

Ke-tidaknetral-an detikbandung.com

Kalo diliat-liat, sepertinya detikbandung kok berat sebelah ya? Artikel-artikel berkaitan pilgub jabar cenderung menyerang ke PKS. Bisa diliat juga di artikel tentang pelempar bom molotov di kab. bandung juga yang di tekankan di sana tentang pelakunya yang diduga sakit jiwa sehingga nggak pantes dihukum. Berita lainnya:

Btw, selain itu statement Gusdur kok tendensius banget ya (walaupun ~seperti biasa~ ngaco dan nggak berdasar)?

Menanggapi hal ini, Gus Dur merasa bahwa pilgub Jabar memang bagian dari sebuah konspirasi besar. Dirinya menegaskan akan membeberkan konspirasi tersebut.

Pilgub Jabar ini sebenarnya cuma bagian dari konspirasi besar. Dan ini harus segera dibeberkan di depan umum,” ungkap Gus Dur dalam rilis yang dikirimkan ke redaksi detikbandung, Sabtu (19/4/2008).

Menurutnya konspirasi di Pilgub ini sudah jelas. Diungkapkan Gus Dur, ada pihak yang menghalangi pasangan Agum Gumelar-Nu’man Abdul Hakim memimpin Jabar dikarenakan perbedaan kepentingan.

“Saya tahu sekali kalau Pak Agum tuh jujur orangnya. Bersih gitu,” kata Gus Dur.

……

Disebutkan juga bahwa selama ini Aman selalu menjadi korban Black Campaign oleh pasangan calon lain. Salah satu contoh yang diberikan oleh Nurul M. Anggalaksana, kasus di Cianjur dimana oknum PKS diduga memasang pamflet berisi pencemaran nama Aman.

Sudah, PKS itu ditangkapi saja dan calonnya didiskualifikasi. Saya tahu mereka dapat dana dari mana saja untuk membiayai semuanya,” tegas Gus Dur seperti dilansir dalam rilis.

Didetikbandung juga sepertinya emang sempet jadi tempat kampanyenya AMAN. Di kode html halamannya juga masih kesisa embed-an iklannya tuh(dikasih warna pink).

<!-- Content -->
<table width="865" border="0" align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" id="contentdalam">
<tr class="c001">
<td valign="top" class="c002"><img src="http://www.detikbandung.com/image/daerah001.gif" width="3" height="1" hspace="0" vspace="0" border="0" /></td>
<td valign="top"><img src="http://www.detikbandung.com/image/daerah002.gif" width="8" height="1" hspace="0" vspace="0" border="0" /></td>
<td valign="top" id="kiri">
<div id="bannerB1">
        <a href="http://ad.detik.com/link/detik-bandung/bdg-iringpersonal.ad" target="_blank">
<img src='http://ad.detik.com/images/detik-bandung/bdg-iringpersonal300x250.gif' WIDTH='300' HEIGHT='250' border="0"></a>
<!--<EMBED NAME='flashfile' src='http://ad.detik.com/images/detik-bandung/bdg-cagubaman300x250.swf' menu='false' quality='high' WIDTH='300' HEIGHT=250 TYPE ='application/x-shockwave-flash'></EMBED> -->

Gus… gus, bikin statement ini mikir nggak sih? Kayak saya aja. Ckckckck…