Saya baca artikel ini, dan merasa perlu memberikan tanggapan seperti dibawah ini (Siapa tau orangnya menolak komentar saya):
Wallahu A’lam ya…
Saya termasuk yang pro terhadap Demonstrasi dengan banyak argumen:Pertama, karena pengungkapan aspirasi paling murah dan dapat menggugah perhatian orang banyak adalah demonstrasi. Yakinlah mas, mau sekeren apapun konsep dan solusi yang anda buat untuk masalah bangsa ini, kalo anda nggak bisa menyampaikannya pada pejabat kita yang tuli dan mati hati di jakarta sana maka konsep anda sampai kapanpun hanya sekedar tumpukan kertas.
Kedua, mahasiswa dan demonstran itu bukan selebritis mas, temen2 kita yang buruh juga bukan artis. Tapi mereka punya aspirasi untuk pemerintah/legislatif. Apa anda pikir jika mereka ngirim perwakilan ke Istana/DPR suara mereka akan didenger? NGGAK mas! Kenyataan dilapangan: Kalo aspirasi kita-kita yang rakyat kecil ini mau didenger, nggak ada jalan lain bahwa Demonstrasi lah sarananya.
Ketiga, masalah kemudian banyak efek samping dari demonstrasi seperti kemacetan dan kerusuhan, itu sih balik lagi ke para demonstran dan manajemen massanya. Bukti nyatanya bahwa demonstrasi itu tidak selalu berefek buruk ada kok. Coba anda perhatikan kalo Kader PKS (bahkan sejak 1999 masih bernama PK) turun kejalan, sudah hampir dipastikan polisi udah nggak dibutuhkan di jalanan untuk menjaga ketertiban demo. Mereka udah bisa mengatur diri mereka sendiri.
Jadi kesimpulannya… ‘DEMO = Rusuh + Macet’ itu nggak benar…
Saya ingin menutup posting ini dengan 3 buah lagu aksi yang sampai sekarang masih melekat dihati:
Lagu pertama adalah lagu yang paling sering digunakan pada Aksi kabinet KM ITB masa Presiden Ahmad Mustofa hingga Anam:
Kepada para mahasiswa, yang merindukan kejayaan…
Kepada rakyat yang kebingungan, dipersimpang jalan…
Kepada pewaris peradaban, yang telah menggoreskan…
sebuah catatan kebanggaan, dilembar sejarah manusia…wahai kalian yang rindu kemenangan, wahai kalian yang turun kejalan
demi mempersembahkan jiwa dan raga, untuk negeri tercinta (2X)
Lagu kedua, kreasi dari rekan-rekan aktivis kiri. Tapi pesan dan semangat yang dibawa sebenarnya universal:
Buruh, Tani, Mahasiswa, Rakyat Miskin Kota
Buruh tani mahasiswa rakyat miskin kota
bersatu padu tuntut perubahan
bersatu tekad dalam satu suara
demi tugas suci yang muliaHari-hari esok adalah milik kita
terciptanya masyarakat sejahtera
terbentuknya tatanan masyarakat
Indonesia baru tanpa orbamarilah kawan mari kita berjuang
di tangan kita tergenggam arah bangsa
ayolah kawan ayo kita dendangkan
sebuah lagu tentang perubahandi bawah topi jerami
kususuri garis jalan ini
berjuta kali turun aksi
bagiku suatu langkah pastidi bawah topi jerami
kususuri garis jalan ini
berjuta kali turun aksi
bagiku suatu langkah pastiberjuta kali turun aksi
bagiku suatu langkah pastiBuruh tani mahasiswa rakyat miskin kota
bersatu padu tuntut perubahan
bersatu tekad dalam satu suara
demi tugas suci yang muliaHari-hari esok adalah milik kita
terciptanya masyarakat sejahtera
terbentuknya tatanan masyarakat
Indonesia baru tanpa orbamarilah kawan mari kita berjuang
di tangan kita tergenggam arah bangsa
ayolah kawan ayo kita dendangkan
sebuah lagu tentang kebebasandi bawah rezim tirani
kususuri garis jalan ini
berjuta kali turun aksi
bagiku suatu langkah pastidi bawah rezim tirani
kususuri garis jalan ini
berjuta kali turun aksi
bagiku suatu langkah pastiberjuta kali turun aksi
bagiku suatu langkah pastibagiku suatu langkah pasti
Lagu ketiga, kebanggaan mahasiswa ITB. Judulnya Kampusku, sebuah simbol perlawanan terhadap kesewenang-wenangan militer terhadap mahasiswa selama orde baru. Sekarang jadi simbol perlawanan terhadap kesewenang-wenangan rektorat terhadap kreativitas mahasiswanya:
“Kampusku rumahku, Kampusku negeriku
Kampusku kebebasanku, Kampusku wahana kamiDi sana kami DIBINA, menjadi MANUSIA DEWASA
Namun kini apa yang terjadi, ditindas semena-menaBerjuta Rakyat menanti tanganmu, mereka lapar dan bau keringat
Kusampaikan salam-salam perjuangan, kami semua cinta-cinta Indonesia.”
Semoga jadi janji yang tidak akan pernah mati:
SALAM GANESHA!! BAKTI KAMI, UNTUKMU TUHAN, BANGSA DAN ALMAMATER! MERDEKA!
sptnya bukan ITB aja lagu itu sering berdengung….hehehe, jadi inget masa2 demo dulu klo dri Bandung ke Jkt nyanyikan lagu2 ini…
Wahai kalian yang rindu kemenangan,wahai kalian yang turun ke jalan…^_*
Salam kenal,thanks udh mampir
veras last blog post..Kalau guru berdemo…
Alhamdulillah, tulisan Anda telah saya jawab di blog saya.
Fikris last blog post..BBM naik, ga usah demo!!
Sayangnya Telinga Pemerintah Nggak sampai hingga pelosok. Beberapa yang lalu saya audiensi dengan Ustadz Zubeir (anggota Komisi IX DPR-RI dari Fraksi Keadilan Sejahtera). Beliau membenarkan bahwa jalinan komunikasi antara rakyat kecil dengan pemerintah kurang.
Ketua Ranting PKS di tempat kami menambahkan bahwa sebenarnya jika kita mengoptimalkan fungsi partai, aspirasi ini bisa sampai ke telinga pemerintah.
Dalam partai khan ada tingkat terkecil yakni ranting. ranting inilah yang harusnya jemput bola terhadap permasalahan yang ada di masyarakat. Lantas aspirasi ini diteruskan ke tingkat selanjutnya hingga pusat.
Kataku, “Sayangnya masyarakat masih apatis terhadap fungsi partai sebenarnya. yang kami tahu, fungsi partai adalah untuk jembatan mereka yang ingin duduk dalam singgasana negeri busung korupsi ini.
Salam kenal dariku.
Ah seandainya pemerintah tidak tuli dan banyak uang, rakyatnya tidak bodoh dan mempunyai wawasan yang cukup mengenai kondisi global, ekonomi, politik, sosial dan budaya. Tdak ada demo, asal bicara, saling kritik, maunya menang sendiri, memaksakan kehendak, tahunya dirinya yang benar, menutup diri terhadap penjelasan yang diberikan…..ah….ah….ah…. seandainya….Mimpi nech !!!
biasa aja lah, namanya juga manusia,
coba belajar dari orang-orang yang dulu-nya begitu vokal pada pemerintah,
giliran mereka dikasi jabatan, omong-nya jadi laen.
semua-nya kembali pada duit…ujung-ujung-nya mah duit bro.
coba lihat si juru bicara mr president, dahulu kala ketika belum diangkat jadi jubir,
coba lihat si menteri keuangan, perdagangan dll-nya, dahulu kala sebelum diangkat jadi pejabat,
sekarang bisa dilihat&disaksikan apa kata mereka,
dan bisa jadi mereka yang sekarang berteriak-teriak, suatu ketika mereka
diberi kesempatan untuk menjabat, omongan-nya jadi lain…
begitulah dunia…
yang penting cari duit aja yang banyak dan tentu-nya yang halal,
dengan duit dari usaha sendiri itu, kita bisa berhaji, bisa berjalan-jalan
tanpa menggunakan uang orang lain, tetapi benar-benar dari usaha peluh keringat sendiri.
@ Vera:
Hmmm… Lagu-lagu itu mungkin juga menjadi lagu nostalgia saya belasan tahun lagi… Hidup mahasiswa!
@ Fikri:
Terimakasih banyak…
Ok, saya besok ujian. Belum bisa berkunjung nih…
@ Abizka:
Sepakat dengan anda. Kemarin, sy ikut acara konsolidasi DPRa PKS se-Jabar di Sabuga. Ada satu hal yang menarik, yaitu hasil Risetnya tim Research and Development DPW PKS Jabar menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan masyarakat terhadap PKS secara organisasi lebih tinggi dibanding tingkat kepercayaan Masyarakat terhadap kader-kader kita di parlemen. Analisis dari tim tersebut menyatakan hal ini terutama disebabkan kurangnya komunikasi dengan masyarakat dipelosok. Fungsi DPRa sebagai ujung tombak struktural terdepan PKS memang diharapkan sekali dapat mengoptimalkan kinerja kita di legislatif.
@ Totok
Hm… menurut saya sih berandai-andainya cukup sekali… selanjutnya ya bergerak! Kalo sekedar berandai-andai, kambing pun bisa… masalahnya apa kemudian andai-andai itu bisa kita rubah menjadi visi? Saya pernah dinasehati oleh seorang senior, beda antara ‘PEMIMPI’ dengan ‘PEMIMPIN’ adalah, pemimpi hanya membawa impiannya sampai ke ujung tidurnya, sedangkan pemimpin berpikir bagaimana mencapai mimpi tersebut dan mengkomunikasikan mimpinya kepada orang lain sehingga orang lain dapat paham dan bergabung untuk mewujudkan mimpi tersebut.
@ Wadiyo
Yaaa… kalau itu setiap orang kecenderungannya sama, nggak ada satupun yang bisa memastikan keistiqamahan seseorang. Yang bisa kita lakukan adalah berusaha semaksimal mungkin untuk tetap menjadi individu yang istiqamah terhadap visi yang kita bawa. Sejauh yang saya dapatkan, ada beberapa cara yang bisa kita tempuh. Diantaranya 1) berusaha berada dalam komunitas yang sevisi (jama’ah) sehingga akan senantiasa ada yang mengingatkan jika kita lupa, 2) Dekat dengan Allah. Karena nggak ada dzat lain yang lebih berkuasa terhadap diri dan keistiqamahan kita selain Dia, 3) senantiasa menambah ilmu dan wawasan, terutama seputar diniyah kita sehingga kita bisa membedakan mana yang benar dan salah serta tahu bagaimana mengkoreksi yang salah.
ass.
98 adalah klimaks kami demontrasi…….hasilnya rezim otoriter suharto tumbang…….
demo boleh2 aja asal menjaga etika…….tiru tuh PKS pabila demo…….semua orang berdecak kagum…tidak ada sampah, tidak ada bakar2, tidak ada kericuhan dan tidak ada anarkhis, yang ada adalah kedamaian.
Alexs last blog post..JIKA ORIENTASI AKHIRAT, DUNIA KAN DAPAT