All posts by ardee

“Apakah selalu ada alasan untuk menulis?”

Apakah selalu ada alasan untuk menulis?

Ada… menulislah…
Menulis apapun…
apapun yang terjadi…
selama mata ini masih diizinkan melihat…
Memandang dari cakrawala timur hingga kebarat…
Menjangkau dari ufuk utara hingga selatan…

menulislah…
apapun yang terjadi…
Karena menulis mencegah hati kita letih…
Busuk lalu mengeras dan akhirnya mati…
Tak lagi peka dan berempati terhadap apa yang terjadi sepanjang hari…
Semua naluri runtuh, tertelan ego pribadi…

Menulislah…
apapun yang terjadi…
Karena lisan tidak mampu bertutur setiap detik…
Ada kala ia khilaf dan lupa…
Menulis membantu lisan berhati-hati berbicara…
agar yang tertutur secukupnya saja…

Menulislah…
apapun yang terjadi…
Karena menulis membentangkan gagasan…
Otak yang buntu tercerahkan…
Menghantarkan naluri pada cahaya…
Cahaya sang pemberi Cahaya…

Menulislah…
apapun yang terjadi…
Karena tiada alasan untuk berhenti menulis…
selama nafas ini belum tercabut…
Dan ruh yang fana ini sirna…

Ayo nulis! Malu sama umur!

Memfollow-up ide dirapat GPH kemarin, tadi pagi aku mencoba melist semua buku yang nangkring dalam kamar kostku. Tadi daftar itu kuposting ke milis manajemen GPH. Tiba-tiba tercetus juga untuk meletakkannya daftar ini di blogku ini. Bukan mau sekedar pamer jumlah buku, mengingat jumlah buku yang cuman ‘seiprit’ ini belum kubaca semua. Cuma sebagai penyemangat/motivator buatku untuk semakin meningkatkan frekuensi menulis.

Tenyata untuk saat ini jumlah buku disaya nggak nyampe 100 judul. Itupun sudah termasuk juga buku sakti OSKM ITB 2005 dan 2006. Beberapa buku juga masih berstatus pinjeman dari temen yang belom kunjung terkembalikan. Sekedar mengingatkan diri pribadi, banyaknya bacaan kita mencerminkan seberapa dalam kita mencoba mengenal diri kita dan dunia. Jadi, hayu kita masing-masing menargetkan untuk akhir tahun ini kita masing-masing bisa menambah koleksi buku kita satu judul aja… tapi dengan nama kita di cover bukunya (kita sebagai penulis).

Ayo nulis! Malu sama umur! Peace! hehehe…

JUDUL Penulis Ket.
1 Jam Sebelum Anda Memasuki Ruang Wawancara Suryaputra N. Awangga
11 Script Spektakuler ASP Gregorius Agung
7 Pola, 240 Akord Gitar Elektrik/Akustik RE. Rangkuti
Agribisnis Cabai Hibrida Final Prajnanta
Animal Behaviour David McFarland
Ayat-Ayat Nikah Langgersari Elsari N.
Bagaimana Menyentuh Hati Abbas As-Siisiy o
Bahagia Bersama Mertua (seni memahami mertua) Muhammad Muhyidin
Bahaya Islam jama’ah Lemkari LDII LPPI o
BAPPERTAL
Berdakwah Dengan Menulis Buku
Bioinformatics for Dummies Jean-Michel Claverie
Budidaya Ikan Lele S. Rachmatun Suyanto
Buku Pintar Software Program Komputer Haris Supriansyah
Cakewalk Pro Audio 9 Inung K. Arisasangka
Cara Bermain Gitar Budi Kurniawan
Cerdas Menjawab Job Interview Martin John Yate
Cinta dalam Pandangan Islam Abdullah Nashih Ulwan
Corel Draw 7 Andri Setyawan
Dakwah Kampus Budi Wiyarno
Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid 1 Pelczar o
Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid 2 Pelczar o
Denting Dua Hati Maya Lestari Gf.
Desain Vector dan Tracing dengan Illustrator CS Hasto Suprayogo
Di Jalan Dakwah Aku Menikah Cahyadi Takariawan
Di Sini Ada Cinta! (MTPS 2) FLP
Divestasi Indosat: Kebusukan sebuah Rezim Marwan Batubara
Filsafat Politik Islam Yamani
Flash 8 Lanjutan Ridwan Sanjaya
Fruity Loops 2: Bermain Musik Tanpa Instrumen Inung K. Arisasangka
Gerakan Islam: sebuah analisis A. Ezzati
Gerakan Keagamaan dan Pemikiran WAMY f
Hadiah Cinta dari Dunia Maya Sri Noor Verawaty
Har’s and She’s Diary Denny P. & Muktiar S.
Histeria Sang Idola Izzatul Jannah
How To Draw & Create Manga 1: Kepala dan wajah
How To Draw & Create Manga 2: Tubuh dan Anatomi
Identifikasi Keberbakatan Intelektual Melalui Metode Non-Tes Reni Akbar-Hawadi
Insomnia Anton Kurnia
Jaringan Gelap Freemasonry A.D. El Marzdedeq
Kado Indah Pernikahan Abu Ahmad Wajih
Kafir Liberal Emha Ainun Nadjib
Kehancuran Israel di Tahun 2022 Dr. Bassam Nahad Jarrar o
Key to The New World HR for IA-ITB
Kisah Seribu Satu Malam (Mizan, Buku 2)
Lenin: Revolusi Oktober 1917 Saiful Arif & Eko Prasetyo
Mail Merge Moehammad Ferryzal
Mail Service Berbasis Java pada Server Windows dan Linux Didik D. Prasetyo
Maling Republik Soenaryo Basuki Ks
Managing Creativity and Innovation Harvard Press
Manhaj Haraki dalam Sirah Nabawi (Jilid 2) Syaikh Munir Muhammad Ghadban o
Matahari Tak Pernah Sendiri (MTPS 1) FLP
Maximum Performance Aubrey C. Daniels
Membangun Web Server dengan Linux M. Tito Herlambang
Membina Angkatan Mujahid Sa’id Hawwa
Mempersunting Bidadari Muhammad Muhyidin
Mendesain Layout Profesional dengan Adobe InDesign CS2 Iim Rustandi
Menggapai Hidayah dari Kisah Imam Al-Ghazali Isyan Basya
Menguasai Komputer dan linux Asisten Comlabs
Menguasai Security UNIX Rahmat Rafiudin
Menikmati Bulan Madu Dr. Aiman Al-Husaini
Menikmati Demokrasi Anis Matta F
Menuju Pernikahan Islami 2 (6 booklet) Drs. Muhammad Thalib
Mereka Melawan Korupsi SAKSI
Multimedia: From Wagner to Virtual Reality Randall Packer et al.
Ngebet Nikah (Kumcer) Gusrianto o
Pakan Ikan Eddy Afrianto
Panduan Lengkap Memakai Adobe InDesign CS2 Adi Kusrianto
Panduan Lengkap Menggunakan BLENDER Carsten Wartmann
Panduan P3K Sulistro Sudirman
Pejuang-Pejuang Kebenaran Dr. Muhammad Hasan Al-Himsy
Pemrograman HTML Andi Setiawan
Pengantar Filsafat Jan Hendrik Rapar o
Perancangan Organisasi Hari Lubis
Protokol Ganesha (Buku Sakti OSKM 2005) Kabinet KM ITB
Renovasi Dakwah Kampus Arya sandhiyuda
Robohnya Dakwah di Tangan Dai Fathi Yakan o
Sistem Cepat Pengajaran Bahasa Arab Drs. Muhammad Thalib
Smart Answer in Job Interview Yusup Priyadisurya
Solarex: Penuntun ke Teknik Listrik Sinar Surya Solarex Corp.
Spiritualitas Cyber Space Jeff Zaleski
Starting & Running a Successfull Newsletter or Magazine Cheryl Woodward
Syahadatain: Syarat Utama Tegaknya Syariat Islam (N11) Muhammad Umar Jiau Al-Haq
Technical Writing Bambang Supriyanto
Teknik Merakit PC Modern Teguh Wahyono
The Courage to Create Rollo May
Tips & Trik Macromedia Flash 5.0 dengan Actionscript Didik Wijaya
Trik Memperindah Website dengan Menu Dinamis Ridwan Sanjaya
True to Our Roots Paul Dolan
Ungkapkan Isi Hati Melalui Puisi Luqman Haqani
Wayang Semau Gue Ki Guna Watoncarita
Wiracarita OSKM 2006 Panitia OSKM 2006

Generasi Kedelapan

Tujuh Generasi

Pada jaman dahulu kala tersebutlah seorang pria. Namanya Mochamad Ali. Anaknya sembilan orang. Anak kelimanya bernama Abdulrachman. Abdulrachman punya anak 9 orang. Anak ketiga Abdulrachman, Rubiyatun Andalfiah (Adidalfiah), menikah dengan Imam Mansyur. Mereka punya anak 4 orang, Adderachim, Durjati, Malichunhawa, dan Iman Afandi. Durjati Menikah dengan Kasrun Siswopranoto dan punya anak sepuluh, Pratomo, Jaufanny, Triprijo, Soelistyorini, Soesilo Indriretno, Sri Kadriwati, J.B. Parnomo, Titik Indrayati, Maduranto,dan Edi Widodo. Pratomo menikah dengan Entien, punya anak 8 orang, Pratiwi, Prasetya Budi Saksono, Tribawana Bambang Santosa, Dyah Dwi Kusumawati, Nurani Esti Lestari, Hari Edi Triyanto, Ratih Wahyu Hidayati, dan Rahayu Pudjiastuti. Anak ke-4, Dyah, menikah dengan Arismunandar. Mereka memiliki 5 orang anak yang keren-keren. Anak pertama namanya Ardian Perdana Putra.

Bagaimana kisah ini akan berlanjut?

Resume:

KH Mochamad Ali Demak
Abdulrachman
Rubiyatun Andalfiah (Adidalfiah) x Imam Mansyur
Durjati x Kasrun Siswopranoto
Pratomo x Entien
Dyah Dwi Kusumawati x Arismunandar
Ardian Perdana Putra x …

8 Facts About Me… (PR: fakta tentang gue)

8 Facts About Me… (Beberapa fakta tentang gue)

Jreng… jreng! Seumur-umur ngeblog, baru sekarang kedapetan ada yang ngasih tugas. Yippie… ada segera dikerjakan dengan riang gembira deh! Hehehe… Eitss… sebelum lupa, nembak dulu ahh… korban selanjutnya. Inilah dia yang beruntung mendapat PR berikutnya: Zamzam, Arif Rahman Lubis, Zhei, Mbak Rita, Presty, Zulfadilah, Zarqa, Pipi a.k.a Miftah.

Aturan pengerjaan tugas:

1. Postinglah aturan pengerjaan tugas ini di dalam blog Anda.
2. Tulis delapan kebiasaan atau fakta tentang diri Anda (pilih secara acak).
3. Di bagian akhir tulisan, tulis delapan nama teman Anda yang ingin Anda suruh untuk mengerjakan tugas ini juga.
4. Jangan lupa untuk memberitahu delapan orang tersebut agar mereka membaca blog Anda dan kemudian mengerjakan tugas ini juga.
5. Tersenyumlah dengan penuh rasa puas setelah Anda menyelesaikan tugas ini.

Hmm… bicara tentang FAKTA seputar diri gue? Inilah dia sodara-sodara…
Fact #1: Spontan minta maaf berkali-kali sampe bikin orang kesel

Maksudnya sih baek, supaya silaturahmi tetep kejaga. Biar dosanya segera digugurkan oleh Allah. Tapi penyakit bawaan dari lahir kali ya… kalo merasa bersalah ke orang lain itu pengennya minta maaf. Kadang-kadang orang-orang udah keburu jengkel duluan karena pengulangan permohonan maaf kayak video diulang ulang karena kasetnya kusut. Dan… kayaknya kurang afdol kalo nggak minta maaf berkali-kali. Kalo orang yang dimintain maaf belom nraktir kayaknya serasa belom dimaafin gituh…

Fact #2: Rekor belom pernah pacaran sampe hari ini

Top margotop… Alhamdulillah… bagi yang berminat, ayo kita ta’aruf

Fact #3: Melakukan hal-hal konyol kayak lapor ‘pengen bo**r’ sembarangan di depan anak kosan

Hal konyol lain yang nggak patut ditiru apa lagi masuk ditulis dalam sejarah peradaban manusia adalah nyanyi-nyanyi sendiri didalam lift.

Fact #4: Melototin diri sendiri didepan cermin sambil berakting norak nggak jelas

Kata orang dulu, kita harus sering bercermin dari kesalahan yang sudah-sudah (lho… nggak nyambung ya?). So, berhubung kita nggak punya kamera, TV monitor, Kru serta Pemain figuran kayak syuting sinetron dan cita-cita jadi sutradara nggak kesampaian, yaa… kaca yang nempel ditembok cukup lah…

Fact #5: Terobsesi punya band sendiri dan suka nyanyi-nyanyi gak jelas di depan kompie

Sensor auditoris yang kelewat berkembang meninggalkan indra-indra lainnya, ternyata membuat aku punya kecenderungan minat pada bidang tarik suara (untungnya tidak diikuti bidang tarik-tarikan yang lain seperti tarik tambang, tarik angkutan ehh… itu mah tarif ya, tarik becak, atau yang terbaru tarix jabrik).

Fact #6: Bilang ‘Nambo nasi ciek!’ kalo lagi makan di masakan padang

Kalo udah ketemu masakan Padang, maunya nambah… ajah. Anugerah terindah dalam khazanah masakan indonesia itu ada dua… masakan padang sama… lalapan khas sunda angkringan jogja!

Fact #7: Goyang kepala maju-mundur kalo lagi dengerin musik

Berusaha mengikuti beat ‘jdag-jdug-jdag-jdug’ demi menghayati isi lagu tersebut. Apa lagi kalo lagunya padi, L’arc en Ciel atawa Shoutul Harokah. Pokoknya nggak bisa nggak moshing sambil goyang-goyang kepala.

Fact #8: Baru bisa make cukuran jenggot 2 bulan yang lalu (april 08, dasar katrok!)

Iya deh… gue emang katrok! Biasanya gue lebih sering ngegunting jenggot atawa kumis karena nggak tau caranya make alat cukur. Eh, begitu pertama kali beli alat cukur untungnya ada erry sama hendra yang ngajarin. Jadi deh, bisa nyukur.

Ini Langkahku… (Versi Plesetan)

Ini langkahku… Nggak ragu-ragu
Walaupun ortu… belum setuju
Ini langkahku… terus melaju
Walau kontrakan… masih nunggak melulu

Walau saingan dikanan kiriku
Tapi kuingat dia masih dijaga ortu
Siapa cepat datang lebih dulu
Berhak meminang kalau si akhwat setuju

Ini langkahku… gak mau tau
Meski maisyah… tidak menentu
Ini langkahku… terus melaju
Walau kontrakan… masih nunggak melulu

Pastikan langkahmu wahai ikhwan
Dengan biodata sebagai tawaran
Kalo ditolak jangan pundungan
Karena akhwat… masih ribuan

Cintailah Kematian, Maka Kau Temukan Kehidupan

Lagi seneng mengingat ajal. Momen-momen kepanitiaan daurah jadi pelarianku untuk dzikrul maut itu. Dengan ingat maut setidaknya pas mau berangkat jadi ingat untuk meluruskan niat yang mungkin tadinya bengkok. Meskipun secara manusiawi ada rasa takut juga memikirkan bagaimana nyawa ini akan dijemput, tapi diri ini berusaha untuk pasrah dan ridha jika saja ternyata ditengah pemberangkatan ternyata sudah tiba saatnya. Bahkan pengen rasanya menempatkan kematian sebagai sebuah moment yang paling ditunggu-tunggu sepanjang kehidupan yang terasa semakin singkat ini.

Ah… memang begitu singkat. Nggak kerasa beberapa puluh hari lagi akan genap seperempat abad usiaku. Seorang Rasulullah SAW menggenapkan diennya pada usia itu. Beberapa panglima di era gemilang kejayaan islam bahkan telah melakukan beberapa kali penaklukan wilayah pada usia tersebut. Aku… sekedar menyelesaikan TA ku pun masih kebingungan. Menjadi pribadi yang kuat dan berkarakter, rasanya diri ini masih butuh lebih banyak belajar.

Mengenai usia singkat ini, di DMM dan training sejenisnya aku menemukan sebuah telaga perenungan. Telaga dimana aku bisa berhenti sejenak memikirkan betapa bodohnya aku melewati hari-hari lalu. Betapa childish-nya sikapku yang kerap kali reaktif dan begitu emosional dalam menghadapi sesuatu. Begitu sulitnya lidah ini untuk dikontrol, sehingga kerap kali bermulut besar atau menyakiti hati saudara-saudaraku yang lain. Ah… andainya waktu-waktu tersebut dapat kuulang.

Sesungguhnya ada hikmah dibalik kemustahilan repetisi waktu. Manusia harus belajar menjadi figur yang lebih pintar dari keledai! Mereka tidak boleh jatuh kelubang yang sama dua kali. Setiap momen kehidupan adalah kesempatan kita untuk belajar menjadi lebih baik dari kesalahan-kesalahan yang kita lakukan sebelumnya. Begitupun aku, aku berharap bahwa segala kebodohanku dimasa lalu menjadi tempaan yang membuat diri ini semakin dewasa dan bertanggungjawab. Menjadi figur yang bermanfaat bagi umat. Dan dalam momen daurah kali ini… sebuah langkah baru telah menantiku.

Dalam heningnya malam di lapangan terbuka itu… jawaban itu akhirnya datang. Disaat-saat dimana aku merindukan maut, tantangan baru kehidupan justru datang menjemput. Diakhir-akhir sepertiga malam itu, Murabbiku mengabarkan via SMS sebuah kabar gembira. Beliau menantangku untuk memasuki tahapan kehidupan baru itu dalam tiga bulan kedepan. Ada tanda-tanda positif dari balik hijab itu.

Memang, diri ini butuh banyak belajar. Belajar berhusnudzan terhadap ketentuan dari-Nya yang memiliki setiap inci dari Alam Semesta ini. Mungkin inilah hikmah yang ia selipkan dalam proses yang tertunda-tunda ini. Ia ingin bahwa hambanya ini menjadi seorang ikhwan yang kuat, sadar dan mau belajar dari kesalahan-kesalahan masa lalunya. Ia ingin bahwa hambanya menjadi orang yang ridha akan apapun keputusan yang Ia tetapkan. Ia ingin hambanya untuk meninggalkan semua borok-borok kesombongan, kecintaan dan posesivitas terhadap hal-hal yang sesungguhnya tidak pernah ia miliki, karena hanya milik-Nya lah segala sesuatu di langit dan di bumi.

Di sepertiga akhir malam itu… aku belajar sedikit tentang arti hidupku

Di sepertiga akhir malam itu… kutemukan Kehidupan di balik Cinta akan Kematian

Mencari Mutiara yang Hilang

Mencari Mutiara yang Hilang

Minggu, Juni 8th, 2008

Halaqah… kata itu mulai kukenal saat aku masih menjadi santri semasa MTs dulu. Saat itu aku sebenarnya tidak begitu memahami arti pertemuan-pertemuan rutin itu. Yang aku tahu adalah, setiap pekan aku dan seluruh santri yang lain wajib ikut dalam program tersebut sesuai yang sudah ditetapkan oleh pesantren. Pertemuan-pertemuan pekanan itu nyaris tidak berkesan bagiku, bahkan cenderung menjadi mimpi buruk yang selalu datang tiap pekan. Menjadi mimpi buruk bagiku karena pertemuan ini selalu diawali dengan sesi tahsin dan tilawah bergiliran.

Masalah utama yang menghantuiku adalah kenyataan bahwa sampai tahun terakhirku di pondok aku masih belum bisa membaca Al Quran dengan lancar. Meski sejak SD aku telah berkenalan dengan Iqra, dilanjutkan kelas tahsin di kelas satu dulu, hal itu tidak mampu membuat aku lancar membaca Al Quran. Aku tetap saja membaca dengan terbata-bata, meskipun untuk makharijul huruf cukup fasih. Hal ini masih terus terjadi hingga aku menginjak tingkat tiga di kampus ITB ini.

Bersyukurlah, untuk program tahfidz wajib aku terbantu dengan keberadaan Hidayat, Yayat, Zulfahmi dan beberapa rekan lainnya. Terutama Hidayat, ia membantuku untuk menghafal dengan membacakan berulang-ulang halaman per halaman Al Quran setiap harinya. Dalam sehari setidaknya 10 kali ia mengulang bacaannya tepat disamping telingaku yang secara bersamaan mengeja baris-baris huruf arab tersebut. Setelah sekian kali dibacakan, ayat-ayat itu lebih tercerna oleh mataku dan samar-samar mulai teringat dalam pikiran. Saat itulah aku mulai menghafalkan ayat-ayat tersebut. Mekanisme ini tidak saja membantuku tetapi menjadi bersifat mutual karena Hidayat pun menjadi terbantu untuk memurajaah hafalannya yang begitu pesat bertambah.

Kembali lagi kemasalah halaqah tarbawi, baru kusyukuri kini, kami para santri mendapatkan murabbi dari kalangan ustadz-ustadz terutama yang berlatar belakang syari’ah. Aku sendiri mendapatkan murabbi seorang lulusan muda LIPIA. Namanya Ust. Jajang Aisyul Muzakki Lc., salah satu lulusan termuda LIPIA diangkatannya. Beliau cukup ramah untuk ukuran ustadz Husnul Khotimah, meskipun ada kalanya bersikap tegas. Beliau bergabung dengan ma’had hampir bersamaan dengan masuknya aku ke pondok ini. Hanya berselisih beberapa bulan saja. Bahkan kuingat dulu saat beliau akan menikah tim nasyidku tampil di walimahnya. Sayangnya aku tidak terpilih untuk masuk dalam tim yang tampil.

Halaqah tarbiyah di ma’hadku ini bisa dibilang merupakan program baru. Di tahun pertama dan keduaku di pondok, program ini belum berjalan. Baru mulai kelas 3 program ini berjalan, itupun dengan kondisi pertemuan yang jarang-jarang dan banyak terjeda oleh agenda-agenda akademik yang ada. Seingatku, saat itu masalah controlling/mutaba’ah pun menjadi kendala lain yang belum terpecahkan. Sistem kaderisasi yang baru berjalan itu masih dalam tahap mencari-cari bentuk yang pas.

Berkaitan masalah controlling tersebut, ada sebuah kisah yang menggelitik. Well, seperti pernah kuceritakan, aku bukan santri baik-baik dan taat aturan. Aku kerap kali kabur dari pondok untuk urusan yang remeh temeh, meskipun masih dalam batas yang cukup bisa ditoleransi. Aku kabur biasanya karena ada keperluan yang ‘harus’ kupenuhi namun waktu perizinan tidak memungkinkan untuk aku keluar secara legal. Kali ini adalah satu-satunya pengalamanku ‘kabur’ dari pondok secara berjama’ah.

Bagian keamanan selama aku dipondok dijabat oleh anak-anak Aliyah dengan bimbingan seorang ustadz. Mereka memiliki tugas mengurus perizinan, mengontrol waktu berangkat ke masjid, mengawasi dan mengeksekusi pelanggaran penggunaan bahasa. Disatu sisi program ini baik dalam usaha menegakkan disiplin dikalangan santri, tetapi disisi lain ada sesuatu yang menyimpang dari tujuan keberadaan ‘qismul amni’ ini. Mereka yang masuk dalam barisan ‘algojo’ ini adalah mereka yang tidak tersentuh aturan. Justru akhirnya mereka menjadi pihak yang sewenang-wenang dalam menegakkan aturan, namun mereka sendiri tidak menjalankannya.

Saat itu beberapa hari sebelum tahun baru islam. Aku bersama dengan beberapa teman satu halaqahku berniat untuk main ke rumah salah satu rekan yang tinggal di Cirebon. Rekanku ini namanya Asep Paroji, anak seorang pengusaha Rotan di daerah Plumbon. Seingatku kami yang berencana berangkat ada Aku, Imam, Asep Mulyawan, Asep Paroji, Udin, dan Zulfahmi. Kami berencana untuk izin melalui prosedur biasa karena mengira untuk hari libur tahun baru kali ini perizinan liburan dibuka oleh bagian keamanan.

Perkiraan kami meleset. Perizinan untuk pulang kampung tidak dibuka dan secara default santri tidak diizinkan keluar pondok. Saat itulah kami mendengar adanya selentingan isu bahwa ada serombongan santri yang mendapat izin untuk ikut acara mabit di Cirebon bersama ustadz yang menjadi murabbi mereka. Aku lupa siapa persisnya yang menggagas ide gila ini, tapi akhirnya kami memutuskan untuk mengatasnamakan jalan-jalan nggak penting ini sebagai agenda ‘mabit’ halaqah kami, dengan alasan kami memang melakukan mabit… (menginap, red) di rumah Asep Paroji hehehe. Sekarang tinggal acc dari Ust. Jajang yang akan memuluskan terlaksananya ‘agenda mabit’ kami ini.

Ah… sayang sekali! Murabbi baik hati yang kami cari ternyata tidak ada di pondok maupun di rumahnya. Semangat kami mulai down… terancam batal rencana ‘mabit’ ini. Tapi ada salah seorang dari kami (aku lupa siapa, mungkin Imam) yang mengajak kami untuk nekat mencoba mengajukan izin tanpa tanda-tangan ust. Jajang. Hmmm… rencana menarik yang langsung direspons dengan sepakat oleh yang lain. Kami segera menyusun strategi agar rencana ini bisa mulus tanpa terdeteksi oleh qismul amni. Cara yang kami tempuh adalah dengan meminta tandatangan dan cap dari anggota qismul amni yang paling santai, tidak galak dan kurang teliti. Singkat cerita, orang yang kami maksud tersebut akhirnya bisa juga di mintai tandatangan dan cap ‘keramat’nya, dan… kamipun bebas ‘kabur’ dengan kekuatan izin yang kami dapat. Akhirnya kami berangkat! (Bersambung)

Melukis Peradaban

Melukis Peradaban

Minggu, Juni 8th, 2008

Menatap gejolak yang meluap dan menghanguskan serta meluluh lantakkan dunia islam,

ada yang harus dilakukan

Menyimak kedzaliman dan penindasan, yang menimpa dan mencengkeram dunia islam,

ada yang harus dikerjakan

Bukan semata merenung, kemudian meneteskan airmata

Bukan semata menjerit atau bertakbir, namun tiada yang dilakukan

Adalah menyiapkan diri,

menjadi anak panah-anak panah yang siap dilepaskan,

atau peluru-peluru yang siap ditembakkan,

atau tombak-tombak yang siap dilemparkan,

atau pedang-pedang yang siap diayunkan

Menyadari keangkuhan dan kesombongan, yang mengangkangi dan menindas dunia islam,

ada yang harus disiapkan

Keikhlasan diri, kebulatan tekad, kekuatan jasad dan keteguhan materi

Menyikapi kehancuran yang melanda dunia islam, ditengah kelesuan dan tidur panjang umat islam,

langkah yang dilakukan harus penuh kesungguhan.

Bukan semata bicara panjang lebar,

tanpa kerja yang nyata,

atau semata mengungkapkan kebobrokan,

namun dengan penuh ragu dan kecenderungan.

Adalah memantapkan diri,

bahwa selembar jadwal bukan sekedar rencana kosong,

bahwa tiap goresan pena adalah kesungguhan dengan keprihatinan

bahwa kesabaran adalah cambuk untuk menegakkan keadilan

Merenungi langkah yang bila harus dilakukan, untuk masa depan dunia islam,

ada yang harus ditegaskan

Kemantapan diri, kekuatan azam, kemurnian asas, dan kejelasan tujuan.

Kemarin aku tertegun mendengarkan nasyid ‘tekad’ dari Izzatul Islam. Tiba-tiba saja aku merasa tersinggung dengan narasi yang mengiringi lirik nasyid ini. Aku nggak bisa menahan tangis ketika sampai pada “…bahwa tiap goresan pena adalah kesungguhan dengan keprihatinan…”. Ya Allah, sekian banyak yang telah kutulis. Telah lebih dari 400 posting yang terpapar di blog ini. Telah entah berapa ribu pasang mata yang telah mampir dan membaca ‘goresan-goresan pena’ ini. Lalu apa yang telah kuberikan bagi kejayaan peradaban islam?

Seorang Muhammad Al Fatih telah menaklukkan Konstantinopel di usianya yang belum genap 20 tahun. Seorang Usamah bahkan telah memimpin ribuan pasukan menuju Yarmuk. Apa yang mampu dilakukan seorang ARDIAN PERDANA PUTRA diusianya yang ke-25 yaa.. Allah. Di usiaku yang sebentar lagi menyentuh seperempat abad ini aku belum pula mampu menuliskan sebuah buku. Aku belum pula mampu menjadikan rangkaian kata ini jadi senjata. Aku belum pula mampu menjadikan ribuan paragraf ini menjadi benteng kokoh.

Bukan semata merenung, kemudian meneteskan airmata

Bukan semata menjerit atau bertakbir, namun tiada yang dilakukan

Bukan waktunya lagi bersedih dan larut dalam penyesalan. Bukan waktunya lagi untuk banyak merenung tanpa berbuat apa-apa. Inilah saatnya untuk berpikir bagaimana mengisi detik-detik yang terus berlalu menuju maut dengan sebermanfaat mungkin. Kita tidak akan pernah tahu kapan tepatnya ruh ini akan berpisah dari raga. Yang kita tahu adalah adalah sebuah kecelakaan besar jika saat itu datang kita tidak sedang dalam kondisi mengingat-Nya, di jalan juang dalam menegakkan agama-Nya.

Saatnya bagi kita untuk pancangkan niat baru! Niat untuk memperbaharui mindset kita dalam memandang sisa hidup kita ini. Sisa hidup ini harus berarti, bukan saja bagi diri kita dan orang-orang disekitar kita. Mimpi yang kita tancapkan harus jauh lebih besar… karena aksi-aksi besar hanya bisa tertampung dalam sebuah mimpi yang besar. Dan Bismillah… Nawaitu… inilah niatku!

Ya Allah, 71 hari lagi menuju seperempat abad kehadiranku di dunia. Saksikanlah, bahwa aku berusaha meluruskan niat di dada ini. Sebelum kau cabut nyawaku izinkan aku mempersembahkan sebuah buku untuk dunia. Sebelum rangkai kata ini terlupakan oleh waktu, izinkan aku untuk mengabadikannya bagi sejarah. Karena tiada artinya permohonan ini tanpa ridha-Mu yaa Rabb… maka saksikanlah! Izinkan aku disisa umurku ini untuk… Melukis Peradaban!

Taujih Ust. Tate Ahad Kemarin

Sebenernya ada sedikit penyesalan saat saya terlambat tiba di Habib siang itu. Aku tiba pukul setengah dua siang, sedangkan agenda yang dijadwalkan oleh panitia adalah pukul duabelas. Meski begitu aku masih bersyukur bahwa aku datang saat itu tanpa keterpaksaan apapun, bahkan sedang bersemangat mengejar isian ruhiyah baru dari taujih kali ini. Sebenarnya aku sedikit ragu, karena rekan-rekan sehalaqah tidak ada yang memutuskan datang sehingga aku datang sendirian.

Habib hari itu sangat-sangat ramai. Motor-motor memenuhi lapangan parkir. Rombongan akhwat jilbab lebarpun terlihat berduyun-duyun memasuki masjid. Ada diantara mereka yang baru saja turun dari angkot tepat didepan gerbang, sebagian yang lain terlihat berjalan bergerombol dari depan gerbang citepus. Mungkin mereka baru saja menyelesaikan agenda halaqahnya. Sudah umum diantara ikhwah bahwa hari sabtu dan ahad sebagai hari ‘Liqo Akhwat Nasional’ karena memang mereka banyak meletakkan agenda pekanannya saat weekend.

Kedatanganku tepat saat seorang ustadz sedang memulai taujihnya. Selesai berwudhu aku segera memasuki masjid. Di pintu masjid seorang ikhwan menepuk betisku pelan. Ah… wajah yang cukup kukenal. Ternyata pak Dudi Lutpi, mas’ul kepemudaan di DPD. Subhanallah, satu hal yang kukagumi dari beliau adalah beliau masih mengingatku persis. Padahal kami sudah 1,5 tahun tidak bertemu setelah masa-masa pembentukan tim P2B kota Bandung. Aku sedikit kelabakan dan malu mengingat bahwa sudah 1,5 tahun ini aku menghilang dari tim itu.

Aku tidak terlalu mengenali wajah sang ustadz, berhubung sebenarnya aku jarang sekali ikut acara semacam ini. Beliau berorasi dengan begitu bersemangat. Aku tidak tahu persis apa temanya, yang pasti saat aku mulai mendengarkan beliau sampai pada bahasan mengenai tafsir Al-Muddatstsir. Kurang lebih isi bahasannya seperti ini:

Seperti kita tahu, rangkaian ayat pertama yang diturunkan oleh Allah pada Nabi Muhammad SAW adalah “Iqra!”, Bacalah! Rangkaian ayat ini bisa ditafsirkan sebagai perintah bagi manusia untuk belajar dan menyerap beragam informasi yang telah disediakan Allah melalui ayat-ayat kauni dan ayat-ayat qaulinya. Hal yang menarik adalah, bagaimana setelah rangkaian surat Al Alaq ini turun, maka Allah kemudian menurunkan surat Al-Muddatstsir (Orang yang berselimut).

Berdasarkan shirah, Al Muddatstsir turun ketika nabi pulang kerumahnya dalam keadaan begitu syok dan terguncang dengan pertemuannya dengan Jibril saat bertahannuts. Istrinya Khadijah segera menyelimuti Rasul yang terlihat menggigil seperti orang kedinginan itu. Saat itulah wahyu ini diturunkan.

Ayat 1:

Kata ‘muddatstsir’ yang disebutkan di ayat ini yang sekaligus menjadi nama surat ke 74 ini secara harfiyah berarti orang yang berselimut. Istilah ‘berselimut’ dalam ayat ini dapat ditafsirkan (seingat saya Ustadz menyebut menurut Fi Dzilalil Quran) dalam pengartian yang luas. Dalam hal ini ‘selimut’ yang dimaksud mencakup segala hal yang menghalangi semangat seseorang, sehingga selimut yang dimaksud dapat bermakna ‘selimut kemalasan’.

Ayat 2:

Ada dua perintah yang diberikan oleh Allah pada Rasulullah SAW, ‘qum!'(bangkitlah/bangunlah) dan ‘Andzir!’ (serulah!), dimana kedua fi’il amr ini tidak memiliki maf’ul bihi. Berkaitan dengan ayat pertama, kata ‘qum’ berarti bangkit dari segala ‘selimut kelemahan’ yang membelenggu ruh kita untuk bangkit. Sedangkan perintah ‘andzir!’ adalah perintah untuk menyerukan apa yang telah diwahyukan pada ayat surat Al-Alaq. Ketiadaan maf’ul bihi (objek penderita) dalam kalimat perintah itu dapat ditafsirkan sebagai universalitas dakwah islam. Dakwah Rasulullah sebagai rasul terakhir ditujukan kepada seluruh umat manusia, dan bukan pada suku, ras, golongan, gender atau kalangan tertentu. Fragmen ayat ini sekaligus juga menjadi perintah dakwah pertama bagi kaum muslim untuk menyeru pada seluruh manusia.

Ayat 3:

Dalam ayat ketiga (‘wa Rabbaka fa Kabbir’/”Dan Nama Tuhan-Mu, Besarkanlah!”), terdapat suatu keunikan karena Allah SWT menggunakan susunan kalimat ‘wa rabbaka fa kabbir’ dan bukan ‘fa kabbir rabbaka!’ (besarkanlah nama Tuhanmu!) meskipun keduanya memiliki makna yang nyaris sama persis. Penafsiran mengenai hal ini ada tiga poin:

  1. Bahwa dakwah islam hanya memiliki satu visi, yaitu untuk membesarkan nama Allah SWT. Maka dari itulah ‘rabbaka’ menjadi penekanan dengan diletakkan pada awal kalimat tersebut. Ini adalah penegasan pula bahwa kita berdakwah bukan untuk sebuah kemenangan partai, kemenangan seorang kepala daerah/kepala pemerintahan, melainkan semata untuk menegakkan nilai-nilai islam dimuka bumi ini. Nilai yang bisa diambil disini adalah kelurusan niat.
  2. Bahwa sebesar apapun tantangan dan hambatan yang kita alami dalam jalan ini sesungguhnya tiada artinya dibawah ke’Maha Besar’an Allah SWT. Hal ini sekaligus isyarat bahwa dakwah islam dibangun atas dasar tauhid yang murni, dengan penafian segala kebesaran dzat kecuali kebesaran Allah SWT semata. Nilai yang bisa diambil adalah pentingnya menjaga ma’nawiyah dalam menjalani aktivitas dakwah.
  3. Bahwa dakwah Islam didasari semata atas dasar keikhlasan. Melepaskan semua bentuk motif-motif kesombongan dan takabur yang ada dalam aktivitas dakwah kita, karena hanya milik Allah SWT lah segala Kebesaran. Nilai yang bisa diambil adalah pentingnya kelurusan niat dan keikhlasan dalam beramal.

Ayat 4:

Dalam ayat ini kata ‘bersihkanlah!’ memiliki arti membersihkan diri, hati, niat, dll sehingga karakter/kepribadian yang menarik terpancar dari diri seorang muslim (Jleb! Kena deh!).

Ayat 5:

‘Rujza faHjur’ memiliki makna perintah untuk menghindarkan diri dari segala bentuk kemusyrikan, diantaranya saat niat kita kurang lurus.

Ayat 6:

Ayat ini mengingatkan kita untuk tidak mengharap-harapkan datangnya balasan yang lebih didunia dari apa yang kita keluarkan dalam amal-amal kita. Meskipun ada pula janji Allah SWT tentang datangnya balasan berlipat didunia dan akhirat dari apa yang kita korbankan. Intinya adalah Tadhiyah dan keikhlasan!

Ayat 7:

Ayat ini menegaskan tentang arti penting tawakkal dan kesabaran setelah segala sesuatu yang kita ikhtiarkan. Ini berkaitan dengan peringatan yang diberikan Allah di surah Al Hajj seputar ‘Kemenangan-kemenangan yang tertunda’. Pemaknaan lebih dalam dari ayat ini merupakan pengingat kita bahwa makna ‘kemenangan’ bagi Allah begitu luas. Apa yang secara dzahir terlihat seperti kegagalan dari sudut pandang manusia bisa jadi sebenarnya kemenangan yang gemilang (berupa ganjaran pahala) dimata Allah atau terdapat hikmah yang mungkin saat itu akan sulit dicerna oleh pikiran manusia, namun terungkap setelah sekian waktu berjalan.

Contoh (oleh-oleh DMM nih), saat Baghdad diduduki pasukan Mongol, ternyata kemudian dakwah islam justru menjadi menemukan ‘kebangkitan baru’ dengan terbukanya jalur laut perdagangan ke Gujarat, yang akhirnya merambah hingga ke Nusantara. Tanpa adanya tragedi penaklukan Baghdad tersebut, mungkin dakwah sampai ke negeri kita akan tertunda puluhan hingga ratusan tahun. Contoh lain misalnya hikmah dibalik perjanjian hudaibiyah yang menjadi pintu ekspansi dakwah  yang lebih luas bagi kaum muslimin.

Alhamdulillah, Allah masih menganugerahkan semangat bagi saya untuk merecharge ruhiyah saya hari ini. Semoga menjadi washilah menjadi diri yang lebih baik dan lebih produktif. Semoga rangkaian taujih hari ahad kemarin menjadi sumber telaga semangat dan inspirasi menuju kemenangan di Pilkada Bandung dan Pemilu Nasional.

Oh iya satu lagi, setelah tanya kanan-kiri, barulah saya ngeh bahwa itu yang namanya ustadz Tate Qomarudin. Hmm… akhirnya saya bertemu dengan orang dibelakang lirik-lirik ‘maknyus’ Shoutul Harokah. Ah dasar gaptar(gagap tarbiyah)nya saya… hehehe.

Wallahu a’lam bisshawab…

[weekly lyrics] Teruntuk Ruh baru DMM 2008

Gelombang Keadilan
Munsyid : Shoutul Harokah
http://liriknasyid.com

Dan melangkah kaki dengan pasti
Menerobos segala onak duri
Generasi baru yang telah dinanti
Tak takut dicaci tak gentar mati

Bagai gelombang terus menerjang
Tuk tumbangkan segala kezhaliman
Dengan tulus ikhlas untuk keadilan
Hingga pertiwi gapai sejahtera

Takkan surut walau selangkah
Takkan henti walau sejenak
Cita kami hidup mulia
Atau syahid mendapat surga

========================

Indonesia Memanggil
Album : Ini Langkahku
Munsyid : Shoutul Harokah
http://liriknasyid.com

ha… ha… ha…

Singsingkan lengan baju pancangkan asa
Ukirlah hari esok pertiwi jaya
Bergandengan tangan tuk meraih ridho Allah

Buatlah negri ini selalu tersenyum
Bahagia dan Sejahtera dalam cinta-Nya
Tiada lagi resah tiada lagi duka lara

Negeri indah Indonesia
Memanggil namamu
Menyapa nuranimu

Negeri Indah Indonesia
Menanti hadirmu
Rindukan karyamu

====================
Tekad
Album : Berderap di Jalan yang Panjang
Munsyid : Izzatul Islam
http://liriknasyid.com

Kami sadari jalan ini kan penuh onak dan duri
Aral menghadang dan kedzaliman yang akan kami hadapi
Kami relakan jua serahkan dengan tekad di hati
Jasad ini… darah ini… sepenuh ridho di hati

Kami adalah panah-panah terbujur
Yang siap dilepaskan dari busur
Tuju sasaran , siapapun pemanahnya
(ending)

Kami adalah pedang-pedang terhunus
Yang siap terayun menebas musuh
Tiada peduli siapapun pemegangnya

Asalkan ikhlas di hati tuk hanya Ridho Ilahi
Robbi….

Kami adalah tombak-tombak berjajar
Yang siap dilontarkan dan menghujam
Menembus dada lantakkan keangkuhan

Kami adalah butir-butir peluru
Yang siap ditembakkan dan melaju
Dan mengoyak menumbang kezaliman

Asalkan ikhlas di hati tuk jumpa wajah Ilahi Rabbi

Kami adalah mata pena yang tajam
Yang siap menuliskan kebenaran
Tanpa ragu ungkapkan keadilan

Kami pisau belati yang selalu tajam
Bak kesabaran yang tak pernah akan padam
Tuk arungi dakwah ini jalan panjang

Asalkan ikhlas dihati menuju jannah Ilahi Rabbi