Postingan saya sebelumnya hanya berisi lirik “mimpi” dari Anggun C. Sasmi, kebetulan aja denger lagu itu diputer di comlabs, dan kebetulan juga baru saat itu bisa mengapresiasi lirik lagu tadi. Lagu ini easy listening dan menurut saya sebagai penulis lirik amatir, artinya dalam. Ada keunikan dan sesuatu yang spesial dari pemilihan kata-kata dalam lagu ini. Nggak tau kenapa, tapi saya suka aja dengan pemilihan kata yang kesan pertama yang saya rasain adalah…”efektif”… pesan yang mau disampaikan lirik itu nyampe pada tujuannya tanpa berbelit-belit.
Saya memilih lagu itu untuk saya taruh di blog ini dengan alasan yang sesimpel itu. Nggak kepikiran tendensi apapun yang mengaitkan lagu itu dengan peristiwa yang saya alami atau sesuatu yang saya harapkan. Pokoknya ya cuma sekedar easy listening aja dikuping, dan saya dapet impresi yang kuat dari liriknya. Naluri auditoris saya aja yang menuntun saya untuk mengapresiasi lagu tersebut dengan cara meletakkannya sebagai salah satu lirik favorit saya minggu ini.
Ngomong-ngomong soal lirik, aku jadi inget tentang usul-usilnya aku pertama kali nimbrung dalam dunia tulis-menulis. Salah satu bidang pertama yang aku tekuni adalah membuat puisi dan lirik lagu. Nggak kerasa sudah sekitar 10-11 tahun sejak pertama kali aku menulis lirik buatanku sendiri. Dulu karena masih berstatus santri di husnul khotimah, lirik yang kutulis nggak jauh dari nasyid. Tapi seiring kepindahan ke SMU negeri, perlahan tapi pasti aku mulai berkenalan dengan lirik-lirik bertema cinta [monyet]. Saat itu juga aku mulai belajar menggunakan gitar saat membuat lagu. Lirik-lirik lagu itu kebanyakan merupakan refleksi dari apa yang aku alami secara nyata, tapi ada pula yang berdasarkan karangan imajinasiku saja.
Walaupun secara garis besar kebanyakan lirik yang kutulis semasa SMU (bahkan sebenarnya hingga hari ini pun masih) bertema cinta, tapi aku coba membawanya ke arah pemaknaan cinta dari lingkup yang lebih universal. Lagu seperti pelangi, mungkin suatu saat nanti, Tersenyumlah, dan kaos oblong adalah perwujudan dari cinta yang tidak dimaknai secara sempit sebagai hubungan mabuk kepayang dua insan berlawan jenis. Memang beberapa laguku ada juga secara khusus bicara tentang area tadi, seperti Menunggu, Fantastik, Save my Soul (bukan yang punyanya Padi), Superhero dan Vie. Tetapi itupun aku coba untuk mengungkapkannya secara tidak vulgar dan bertendensi terhadap pelecehan nilai dan arti dari cinta itu sendiri. Bahkan kadang kumasukkan pula nilai spiritual religius didalamnya. Semisal “Fantastik” (nggak aku publish di blog):
Oh tuhan, biarkan Ia tahu walau sekali saja
Bahwa Ialah anugerah terfantastik untukku…
Jangan biarkan Ia berlalu dari hidupku…
Karena ialah sang bidadarikuOh tuhan, sampaikan semua cintaku untuknya
karena Ialah anugerah terfantastik untukku…
Jangan biarkan Ia berlalu dari hidupku…
Karena ialah sang bidadariku
Ada pula lagu yang murni sekedar tuangan imajinasi seperti Indah, yang berkisah tentang seorang gadis bernama Indah (tidak di publish, sama sekali tidak terinspirasi oleh siapapun) yang tabiat dan perangainya bertolak belakang dengan namanya. Lagu lainnya semisal, “Di balik cermin” serta abadi tentang refleksi pribadi, atau “Melukis dengan mata hati”, yang penggalan reff-nya:
Dan biarkan anganku pergi, berkelana dengan mentari
Tuk mengisi hari, dengan cahaya indahmuDan biarkan lepas khayalku berkelana dan arungi duniaku
Mengukir sejarah diatas sang waktu
Dalam lagu ini aku membayangkan diriku sebagai seorang tunanetra, dan sengaja lagu ini pun aku dedikasikan untuk mereka yang tidak menyerah pada keterbatasan fisiknya. Ada pula sebuah kisah khayalanku tentang seorang junker dalam lagu “detak-detak“, yang terinspirasi dari kisah seorang rekan yang terjebak dalam drugs. Lagu ini bercerita tentang perjalanan hidup seorang manusia sejak lahir hingga terjebak Drugs, pergolakan pikirannya saat ingin melepaskan diri dan akhir hidupnya sebelum tobatnya terucap.
Banyak hal yang bisa kita dapat dengan menulis. Menulis puisi dan lirik mengasah diri kita untuk lebih peka dalam melihat fenomena disekitar kita, dan mampu mengungkapkannya dalam untai kata yang indah dan estetis. Dari rangkaian kata inilah kita berharap bisa menggugah empati pendengar ato pembacanya yang pada akhirnya diharapkan ikut peduli dengan fenomena tersebut. So segitu dulu masalah dunia per-lirik-an. Maaf kalo ada yang nyasar ke halaman ini karena mengira isinya berkaitan dengan satu istilah “jelalatan”. Insya allah postingan itu nggak ada hubungannya sama sekali dengan itu.