Tag Archives: Peradaban

8 Facts About Me… (PR: fakta tentang gue)

8 Facts About Me… (Beberapa fakta tentang gue)

Jreng… jreng! Seumur-umur ngeblog, baru sekarang kedapetan ada yang ngasih tugas. Yippie… ada segera dikerjakan dengan riang gembira deh! Hehehe… Eitss… sebelum lupa, nembak dulu ahh… korban selanjutnya. Inilah dia yang beruntung mendapat PR berikutnya: Zamzam, Arif Rahman Lubis, Zhei, Mbak Rita, Presty, Zulfadilah, Zarqa, Pipi a.k.a Miftah.

Aturan pengerjaan tugas:

1. Postinglah aturan pengerjaan tugas ini di dalam blog Anda.
2. Tulis delapan kebiasaan atau fakta tentang diri Anda (pilih secara acak).
3. Di bagian akhir tulisan, tulis delapan nama teman Anda yang ingin Anda suruh untuk mengerjakan tugas ini juga.
4. Jangan lupa untuk memberitahu delapan orang tersebut agar mereka membaca blog Anda dan kemudian mengerjakan tugas ini juga.
5. Tersenyumlah dengan penuh rasa puas setelah Anda menyelesaikan tugas ini.

Hmm… bicara tentang FAKTA seputar diri gue? Inilah dia sodara-sodara…
Fact #1: Spontan minta maaf berkali-kali sampe bikin orang kesel

Maksudnya sih baek, supaya silaturahmi tetep kejaga. Biar dosanya segera digugurkan oleh Allah. Tapi penyakit bawaan dari lahir kali ya… kalo merasa bersalah ke orang lain itu pengennya minta maaf. Kadang-kadang orang-orang udah keburu jengkel duluan karena pengulangan permohonan maaf kayak video diulang ulang karena kasetnya kusut. Dan… kayaknya kurang afdol kalo nggak minta maaf berkali-kali. Kalo orang yang dimintain maaf belom nraktir kayaknya serasa belom dimaafin gituh…

Fact #2: Rekor belom pernah pacaran sampe hari ini

Top margotop… Alhamdulillah… bagi yang berminat, ayo kita ta’aruf

Fact #3: Melakukan hal-hal konyol kayak lapor ‘pengen bo**r’ sembarangan di depan anak kosan

Hal konyol lain yang nggak patut ditiru apa lagi masuk ditulis dalam sejarah peradaban manusia adalah nyanyi-nyanyi sendiri didalam lift.

Fact #4: Melototin diri sendiri didepan cermin sambil berakting norak nggak jelas

Kata orang dulu, kita harus sering bercermin dari kesalahan yang sudah-sudah (lho… nggak nyambung ya?). So, berhubung kita nggak punya kamera, TV monitor, Kru serta Pemain figuran kayak syuting sinetron dan cita-cita jadi sutradara nggak kesampaian, yaa… kaca yang nempel ditembok cukup lah…

Fact #5: Terobsesi punya band sendiri dan suka nyanyi-nyanyi gak jelas di depan kompie

Sensor auditoris yang kelewat berkembang meninggalkan indra-indra lainnya, ternyata membuat aku punya kecenderungan minat pada bidang tarik suara (untungnya tidak diikuti bidang tarik-tarikan yang lain seperti tarik tambang, tarik angkutan ehh… itu mah tarif ya, tarik becak, atau yang terbaru tarix jabrik).

Fact #6: Bilang ‘Nambo nasi ciek!’ kalo lagi makan di masakan padang

Kalo udah ketemu masakan Padang, maunya nambah… ajah. Anugerah terindah dalam khazanah masakan indonesia itu ada dua… masakan padang sama… lalapan khas sunda angkringan jogja!

Fact #7: Goyang kepala maju-mundur kalo lagi dengerin musik

Berusaha mengikuti beat ‘jdag-jdug-jdag-jdug’ demi menghayati isi lagu tersebut. Apa lagi kalo lagunya padi, L’arc en Ciel atawa Shoutul Harokah. Pokoknya nggak bisa nggak moshing sambil goyang-goyang kepala.

Fact #8: Baru bisa make cukuran jenggot 2 bulan yang lalu (april 08, dasar katrok!)

Iya deh… gue emang katrok! Biasanya gue lebih sering ngegunting jenggot atawa kumis karena nggak tau caranya make alat cukur. Eh, begitu pertama kali beli alat cukur untungnya ada erry sama hendra yang ngajarin. Jadi deh, bisa nyukur.

Melukis Peradaban

Melukis Peradaban

Minggu, Juni 8th, 2008

Menatap gejolak yang meluap dan menghanguskan serta meluluh lantakkan dunia islam,

ada yang harus dilakukan

Menyimak kedzaliman dan penindasan, yang menimpa dan mencengkeram dunia islam,

ada yang harus dikerjakan

Bukan semata merenung, kemudian meneteskan airmata

Bukan semata menjerit atau bertakbir, namun tiada yang dilakukan

Adalah menyiapkan diri,

menjadi anak panah-anak panah yang siap dilepaskan,

atau peluru-peluru yang siap ditembakkan,

atau tombak-tombak yang siap dilemparkan,

atau pedang-pedang yang siap diayunkan

Menyadari keangkuhan dan kesombongan, yang mengangkangi dan menindas dunia islam,

ada yang harus disiapkan

Keikhlasan diri, kebulatan tekad, kekuatan jasad dan keteguhan materi

Menyikapi kehancuran yang melanda dunia islam, ditengah kelesuan dan tidur panjang umat islam,

langkah yang dilakukan harus penuh kesungguhan.

Bukan semata bicara panjang lebar,

tanpa kerja yang nyata,

atau semata mengungkapkan kebobrokan,

namun dengan penuh ragu dan kecenderungan.

Adalah memantapkan diri,

bahwa selembar jadwal bukan sekedar rencana kosong,

bahwa tiap goresan pena adalah kesungguhan dengan keprihatinan

bahwa kesabaran adalah cambuk untuk menegakkan keadilan

Merenungi langkah yang bila harus dilakukan, untuk masa depan dunia islam,

ada yang harus ditegaskan

Kemantapan diri, kekuatan azam, kemurnian asas, dan kejelasan tujuan.

Kemarin aku tertegun mendengarkan nasyid ‘tekad’ dari Izzatul Islam. Tiba-tiba saja aku merasa tersinggung dengan narasi yang mengiringi lirik nasyid ini. Aku nggak bisa menahan tangis ketika sampai pada “…bahwa tiap goresan pena adalah kesungguhan dengan keprihatinan…”. Ya Allah, sekian banyak yang telah kutulis. Telah lebih dari 400 posting yang terpapar di blog ini. Telah entah berapa ribu pasang mata yang telah mampir dan membaca ‘goresan-goresan pena’ ini. Lalu apa yang telah kuberikan bagi kejayaan peradaban islam?

Seorang Muhammad Al Fatih telah menaklukkan Konstantinopel di usianya yang belum genap 20 tahun. Seorang Usamah bahkan telah memimpin ribuan pasukan menuju Yarmuk. Apa yang mampu dilakukan seorang ARDIAN PERDANA PUTRA diusianya yang ke-25 yaa.. Allah. Di usiaku yang sebentar lagi menyentuh seperempat abad ini aku belum pula mampu menuliskan sebuah buku. Aku belum pula mampu menjadikan rangkaian kata ini jadi senjata. Aku belum pula mampu menjadikan ribuan paragraf ini menjadi benteng kokoh.

Bukan semata merenung, kemudian meneteskan airmata

Bukan semata menjerit atau bertakbir, namun tiada yang dilakukan

Bukan waktunya lagi bersedih dan larut dalam penyesalan. Bukan waktunya lagi untuk banyak merenung tanpa berbuat apa-apa. Inilah saatnya untuk berpikir bagaimana mengisi detik-detik yang terus berlalu menuju maut dengan sebermanfaat mungkin. Kita tidak akan pernah tahu kapan tepatnya ruh ini akan berpisah dari raga. Yang kita tahu adalah adalah sebuah kecelakaan besar jika saat itu datang kita tidak sedang dalam kondisi mengingat-Nya, di jalan juang dalam menegakkan agama-Nya.

Saatnya bagi kita untuk pancangkan niat baru! Niat untuk memperbaharui mindset kita dalam memandang sisa hidup kita ini. Sisa hidup ini harus berarti, bukan saja bagi diri kita dan orang-orang disekitar kita. Mimpi yang kita tancapkan harus jauh lebih besar… karena aksi-aksi besar hanya bisa tertampung dalam sebuah mimpi yang besar. Dan Bismillah… Nawaitu… inilah niatku!

Ya Allah, 71 hari lagi menuju seperempat abad kehadiranku di dunia. Saksikanlah, bahwa aku berusaha meluruskan niat di dada ini. Sebelum kau cabut nyawaku izinkan aku mempersembahkan sebuah buku untuk dunia. Sebelum rangkai kata ini terlupakan oleh waktu, izinkan aku untuk mengabadikannya bagi sejarah. Karena tiada artinya permohonan ini tanpa ridha-Mu yaa Rabb… maka saksikanlah! Izinkan aku disisa umurku ini untuk… Melukis Peradaban!