Tag Archives: embun

Finding My Own Edensor 1

Nggak nyambung-nyambung banget sama judulnya sih. Habis shalat jumat ini tiba-tiba jadi inget Edensor, seri ketiga dari tetralogi Laskar Pelangi yang sekarang jadi salah satu bacaan paling berpengaruh di dunia sastra indonesia. Ya, inget gimana aku kehilangan kontak dengan Indrie 5 tahun ini mengingatkan aku dengan perjalanan ikal menemukan si… (haduh gw lupa) pacarnya yang dulu. Ada sedikit (sedikiiiiiiit banget) kemiripan antara kisah keliling eropanya si Ikal denganku. Bedanya aku bukan keliling eropa, tapi keliling ke seantero dunia internet ditemani dukun paling sakti saat ini… Mbah Gugel. Misinya satu, menemukan kembali kontak dengan teman-temanku semasa SMA dulu, terutamanya si Indrie dan tentu saja Vie.

Dan akhirnya setelah pencarian selama 5 tahun ini, kenyataannya aku bukan menemukan mereka (kecuali Tora, yang ternyata tumbuh jadi mahasiswa-doyan-aksi sama sepertiku) tetapi menemukan kesimpulan lain dari pencarianku itu. Aku menemukan cinta yang berbeda dari apa yang kupahami semasa SMA. Aku menemukan definisi sahabat yang berbeda dari apa yang kutemukan di masa-masa konyol kelas satu SMA. Di kampus ini pula aku menemukan ketertarikan terhadap sosok-sosok bidadari seperti Senja, Embun dan Pelangi, yang begitu jauh berbeda dari sosok Vie yang ku mimpi-mimpikan dulu.

Di kampus ini aku menemukan Edensorku…
Saudara-saudara baru yang mengenalkan aku dengan jatidiriku sebagai seorang muslim yang utuh
Yang tak henti mengingatkanku saat aku beranjak rapuh dan luluh karena kealpaanku sebagai manusia
Uluran tangan yang hangat menjabat erat tanganku yang hampir menyerah dalam keputusasaan
Jiwa-jiwa yang tidak beranjak mati walau badai menghempas mereka di retas jalan ini

Disini kutemukan kembali Edensorku…
Dunia yang dulu begitu akrab memelukku diantara sepinya malam yang menusuk dan raka’at-raka’at yang hening
Pagi yang senantiasa cerah disambut oleh hiruk-pikuk para santri mengejar dhuha disela jam-jam sekolah
Siang yang garang ditengah rutinitas mencuci, makan, bermain bola atau sekedar bercanda ria…
Sore yang kembali cerah menyapa seperti dulu saat aku masih menghafal ayat-ayat dari lisan yang terbata-bata

Dikampus ini kutemukan kembali… hangatnya Tarbiyah…

Senja, Embun, dan Pelangi

Senja… Embun… dan Pelangi…
Menanti hari berseri…

Senja… Embun… dan Pelangi…
Siapakah yang akan kutemui…

Senja… Embun… dan Pelangi…
Mencari-cari hakikat dibalik misteri…

Senja… Embun… dan Pelangi…
Tak kunjung terjawab, namun terus kumenanti…

Kemilau jingga emas sang mentari
disenja hari yang mengiris hati
Seakan mustahil tuk termiliki
Terlalu menyilaukan pupuskan nyali

kebersahajaan sang embun pagi
hadirkan setitik kehidupan disini
Temani luluh berkalang sepi
Hadirkan harapan kembali

Warna-warna sang pelangi
bawakan pesona ceria disini
enyahkan gundah setelah gerimis pergi
kucoba raih namun terlalu tinggi

Akankah ini akan selalu jadi misteri
Perjalanan kisah pencari jati diri
Merengkuh harapan menggapai bidadari
Sebagai epilog meraih Sang Cinta Sejati

[And I still try… to find my own ‘Edensor’]