MENGOPTIMALKAN IKLIM BERAKTIVITAS DALAM
PENGEMBANGAN SUMBER DAYA ANGGOTA
Diedit
dari “Analisis kondisi Kader dan Kaderisasi Nymphaea Sekarang”,
September 2004
Oleh
: Ardian Perdana Putra
Apa yang bisa diharapkan dari kondisi
kaderisasi yang monoton dan hanya menjadi suatu tradisi yang berulang-ulang
tiap tahun? Kaderisasi awal Nymphaea tiap tahunnya disikapi tidak jauh berbeda
dengan acara Wisudaan setiap tiga kali setahun. Mengapa saya bilang begitu?
Kita lihat saja, variasi dan temanya boleh beda, tapi polanya tidak pernah
berubah.
Saya jadi bertanya-tanya, kaderisasi ada karena kita
butuh kader, atau karena setiap tahun akan datang mahasiswa angkatan
baru di biologi? Jika opsi pertama yang sedang kita lakukan, maka tentunya
kita sadar, kaderisasi muncul karena Himpunan ingin bergerak dari suatu kondisi
menuju kondisi yang lebih baik (dengan kata lain himpunan telah memiliki
suatu visi masa depan yang dicerminkan dengan adanya suatu gambaran
“bagaimana seharus Nymphaea beberapa tahun lagi?”) . Dari sini kemudian akan
didapat suatu targetan-targetan pencapaian dari aktivitas himpunan dalam
beberapa tahun. Kemudian barulah muncul kriteria-kriteria kebutuhan
kader untuk mendukung terlaksananya targetan-targetan tersebut.
Kenyataannya di himpunan kita, yang terjadi adalah
pemegang wewenang pelaksanaan kaderisasi (badan pengurus Nymphaea), tidak
memfungsikan diri dengan memperhatikan analisis kebutuhan himpunan akan kader
yang tak lain timbul dari alur diatas. Yang terjadi adalah sebelum konsep dan
arah kaderisasi yang jelas muncul, yang lebih dulu terlintas dalam otak kita
adalah “kaderisasi awal Nymphaea terbagi 2 tahap, interaksi dan Intensif
(PPLN)”.
Sebenarnya, jika semangat berkegiatan bisa lebih
dihidupkan maka profesionalitas kader akan ter-upgrade dengan sendirinya.
Tetapi tentunya bukan sekedar sebuah semangat semata. Perlu adanya suatu
kepengurusan dengan karakter yang mendukung munculnya kreativitas dan ide-ide
cemerlang dari anggota. Hal tersebut kemudian saya rumuskan dalam misi yang
saya tawarkan, yaitu:
1. Membuka
peluang berkegiatan bagi seluruh anggota dalam orientasi pengembangan SDA di
berbagai bidang.
2. Membentuk kepengurusan yang profesional,
akomodatif dan fasilitatif dengan membuka partisipasi anggota dalam
pewujudannya.
3. mengembangkan
pola komunikasi yang intensif dan efektif di himpunan, mewujudkan hubungan
kooperatif, mutual, dan sejajar dengan elemen kemahasiswaan lainnya, serta
menjalin kemitraan dengan departemen, elemen masyarakat.
4. membangun
orientasi pengabdian masyarakat dalam pengembangan potensi kebiologian.
Memang,
sebagai suatu lembaga yang sudah diberikan kepercayaan untuk mengelola
keberlangsungan himpunan, badan pengurus dituntut untuk mampu menyediakan
berbagai fasilitas yang membuka peluang anggota untuk terlibat dalam
berkegiatan, dalam bentuk pengadaan event yang menyerap orang banyak, support
akademik agar terbentuk pola yang seimbang antara keorganisasian dan
perkuliahan, mengusahakan ketercukupan finansial dari anggota dan berbagai
sistem pendukung agar tercipta suatu kondisi yang kondusif bagi pengembangan
soft skill dan kemampuan sosio-manajerialnya. Namun hal tersebut tidak akan
tercipta tanpa adanya support anggota. Karena himpunan pada hakikatnya adalah
keseluruhan anggota.