Ya Allah, jadikan ini hari terbaikku
Saat Kau bersedia tuk mencabut nyawaku
ketika kebetulan kuingat diri-Mu
Ya Allah, kuharap ini hari terkeren dalam hidupku
saat kau sudi hadiahkan maut padaku
saat kebetulan kusedang berusaha tidak bermaksiat padamu
Ya Allah, jadikan ini hari terbaikku
Saat tubuhku terlontar dari atas motor ini
memisahkan ruhku dari tubuh fisik yang membelenggu ini
Ya Allah, kuharap ini ini hari terindahku
Saat lantun Al Fajr mengiring kepergianku
Menghadap sebagai seorang yang Ridha dan Diridhai
Tuhanku, detik ini aku hanya ingin tersenyum
kuberharap saat akhirnya sang ajal menjemput…
Maka aku tidak lupa untuk tersenyum…
Tersenyum dengan senyuman terbaikku… terkeren…hanya untuk Rabbku
Tersenyum dengan senyuman ternarsisku… senyum puas dan ridha padaMu
Tersenyum dengan senyuman terlebar… penuh kemenangan diakhir hidupku
Tuhanku, kabarkanlah… kabarkan padaku
bagaimana kau cabut nyawaku hari ini?
Apakah dada ini akan tertembus sepotong besi…
yang akan membelah jantungku?
Atau mungkin Kau pisahkan kepala ini dari tubuhku…
dan saat itu kau bubuhkan senyum di bibirku?
Atau mungkin kau bolehkan tulang-tulang ini remuk
terlindas truk atau bus yang mengejar rizki bak mengejar maut?
Ya Allah… nawaitu…
Bahwa inilah perjalanan terakhirku…
Bahwa aku berangkat tidak untuk kembali…
Maka saksikanlah bahwa aku pernah memohon padamu Ya Rabb
Ya Allah… betapa aku berharap…
Inilah hari terbaik bagi maut untuk menjemputku!
Namun jika memang kehendak-Mu bukan saat ini ajalku…
Maka abadikan permohonan ini dalam ingatanku…
[Seperempat malam pertama 31 Mei 2008, di atas motor antara Bandung-Cibodas]