Tag Archives: kematian

Cintailah Kematian, Maka Kau Temukan Kehidupan

Lagi seneng mengingat ajal. Momen-momen kepanitiaan daurah jadi pelarianku untuk dzikrul maut itu. Dengan ingat maut setidaknya pas mau berangkat jadi ingat untuk meluruskan niat yang mungkin tadinya bengkok. Meskipun secara manusiawi ada rasa takut juga memikirkan bagaimana nyawa ini akan dijemput, tapi diri ini berusaha untuk pasrah dan ridha jika saja ternyata ditengah pemberangkatan ternyata sudah tiba saatnya. Bahkan pengen rasanya menempatkan kematian sebagai sebuah moment yang paling ditunggu-tunggu sepanjang kehidupan yang terasa semakin singkat ini.

Ah… memang begitu singkat. Nggak kerasa beberapa puluh hari lagi akan genap seperempat abad usiaku. Seorang Rasulullah SAW menggenapkan diennya pada usia itu. Beberapa panglima di era gemilang kejayaan islam bahkan telah melakukan beberapa kali penaklukan wilayah pada usia tersebut. Aku… sekedar menyelesaikan TA ku pun masih kebingungan. Menjadi pribadi yang kuat dan berkarakter, rasanya diri ini masih butuh lebih banyak belajar.

Mengenai usia singkat ini, di DMM dan training sejenisnya aku menemukan sebuah telaga perenungan. Telaga dimana aku bisa berhenti sejenak memikirkan betapa bodohnya aku melewati hari-hari lalu. Betapa childish-nya sikapku yang kerap kali reaktif dan begitu emosional dalam menghadapi sesuatu. Begitu sulitnya lidah ini untuk dikontrol, sehingga kerap kali bermulut besar atau menyakiti hati saudara-saudaraku yang lain. Ah… andainya waktu-waktu tersebut dapat kuulang.

Sesungguhnya ada hikmah dibalik kemustahilan repetisi waktu. Manusia harus belajar menjadi figur yang lebih pintar dari keledai! Mereka tidak boleh jatuh kelubang yang sama dua kali. Setiap momen kehidupan adalah kesempatan kita untuk belajar menjadi lebih baik dari kesalahan-kesalahan yang kita lakukan sebelumnya. Begitupun aku, aku berharap bahwa segala kebodohanku dimasa lalu menjadi tempaan yang membuat diri ini semakin dewasa dan bertanggungjawab. Menjadi figur yang bermanfaat bagi umat. Dan dalam momen daurah kali ini… sebuah langkah baru telah menantiku.

Dalam heningnya malam di lapangan terbuka itu… jawaban itu akhirnya datang. Disaat-saat dimana aku merindukan maut, tantangan baru kehidupan justru datang menjemput. Diakhir-akhir sepertiga malam itu, Murabbiku mengabarkan via SMS sebuah kabar gembira. Beliau menantangku untuk memasuki tahapan kehidupan baru itu dalam tiga bulan kedepan. Ada tanda-tanda positif dari balik hijab itu.

Memang, diri ini butuh banyak belajar. Belajar berhusnudzan terhadap ketentuan dari-Nya yang memiliki setiap inci dari Alam Semesta ini. Mungkin inilah hikmah yang ia selipkan dalam proses yang tertunda-tunda ini. Ia ingin bahwa hambanya ini menjadi seorang ikhwan yang kuat, sadar dan mau belajar dari kesalahan-kesalahan masa lalunya. Ia ingin bahwa hambanya menjadi orang yang ridha akan apapun keputusan yang Ia tetapkan. Ia ingin hambanya untuk meninggalkan semua borok-borok kesombongan, kecintaan dan posesivitas terhadap hal-hal yang sesungguhnya tidak pernah ia miliki, karena hanya milik-Nya lah segala sesuatu di langit dan di bumi.

Di sepertiga akhir malam itu… aku belajar sedikit tentang arti hidupku

Di sepertiga akhir malam itu… kutemukan Kehidupan di balik Cinta akan Kematian

Kuharap ini hari terbaikku…

Ya Allah, jadikan ini hari terbaikku
Saat Kau bersedia tuk mencabut nyawaku
ketika kebetulan kuingat diri-Mu

Ya Allah, kuharap ini hari terkeren dalam hidupku
saat kau sudi hadiahkan maut padaku
saat kebetulan kusedang berusaha tidak bermaksiat padamu

Ya Allah, jadikan ini hari terbaikku
Saat tubuhku terlontar dari atas motor ini
memisahkan ruhku dari tubuh fisik yang membelenggu ini

Ya Allah, kuharap ini ini hari terindahku
Saat lantun Al Fajr mengiring kepergianku
Menghadap sebagai seorang yang Ridha dan Diridhai

Tuhanku, detik ini aku hanya ingin tersenyum
kuberharap saat akhirnya sang ajal menjemput…
Maka aku tidak lupa untuk tersenyum…
Tersenyum dengan senyuman terbaikku… terkeren…hanya untuk Rabbku
Tersenyum dengan senyuman ternarsisku… senyum puas dan ridha padaMu
Tersenyum dengan senyuman terlebar… penuh kemenangan diakhir hidupku

Tuhanku, kabarkanlah… kabarkan padaku
bagaimana kau cabut nyawaku hari ini?
Apakah dada ini akan tertembus sepotong besi…
yang akan membelah jantungku?
Atau mungkin Kau pisahkan kepala ini dari tubuhku…
dan saat itu kau bubuhkan senyum di bibirku?
Atau mungkin kau bolehkan tulang-tulang ini remuk
terlindas truk atau bus yang mengejar rizki bak mengejar maut?

Ya Allah… nawaitu…
Bahwa inilah perjalanan terakhirku…
Bahwa aku berangkat tidak untuk kembali…
Maka saksikanlah bahwa aku pernah memohon padamu Ya Rabb

Ya Allah… betapa aku berharap…
Inilah hari terbaik bagi maut untuk menjemputku!
Namun jika memang kehendak-Mu bukan saat ini ajalku…
Maka abadikan permohonan ini dalam ingatanku…

[Seperempat malam pertama 31 Mei 2008, di atas motor antara Bandung-Cibodas]