All posts by Ardee

I'm a Journalist, Amateur Photographer, Social Researcher, Web Designer, Musician-Wanna-Be, WOTA48 and Cheese Evangelist. http://ardee.web.id

Episode HUSNUL KHOTIMAH [1]

A GRATEFUL THANKS TO
All Asatidz that I respect so much…

Ust. Achidin Noor
Ust. Alm. Dadang Sa’dan
Ust. Abdul Bashir (Ust. Bashor)
Ust. Sabiqin
Ust. Masduki Rahmat
Ust. Damanhuri

And all Asatidz that I can’t mention them one by one…

Thank God I was studied at HUSNUL KHOTIMAH

Husnul Khotimah… the ‘pure jail’ ceunah kata anak-anak dulu. Ma’had penuh kenangan, pahit dan manis. Semua rasa bercampur …

One Day In Your Life (By Michael Jackson)

[Arghhhhhh… the lyric… hix…]

One day in your life
You’ll remember a place
Someone touching your face
You’ll come back and you’ll look around, youll . . .

One day in your life
You’ll remember the love you found here
You’ll remember me somehow
Though you dont need me now
I will stay in your heart
And when things fall apart
You’ll remember one day . . .

One day in your life
When you find that youre always waiting
For a love we used to share
Just call my name, and I’ll be there

You’ll remember me somehow
Though you dont need me now
I will stay in your heart
And when things fall apart
Youll remember one day . . .

One day in your life
When you find that you’re always waiting
For a love we used to share
Just call my name, and I’ll be there

Nasib Freelancer Newbie bidang IT

Alkisah… suatu pagi, pas lagi jogging (baca: browsing) di Taman Facebook. Ada message masuk ke inboxku…

Assalamualaikum..
Bang Ardian tu yg bikin webnya Yunus-ridwan ya..? misalnya minta bikinin web untuk usaha ane kira2 bisa gak Bang..?berapa biayanya kalo dari desain sampe jadi webnya..ya harga temen lah ya..hehe..

Sempet setengah manyun deh bacanya, untung segera inget gimanapun saya tetep harus bersyukur. Mungkin ini cara Allah memberi saya kesempatan untuk memberdayakan ilmu dan pengalaman yang saya peroleh hingga saat ini. Saya manyun karena tiba-tiba teringat dengan request-request pembuatan website sebelumnya. Ya gitu deh… bangsa kita mungkin cukup familiar dengan berbagai produk IT, tapi belum cukup cerdas untuk mengapresiasi kreativitas dibidang IT, meskipun untuk konteks saya pribadi memang kehitung masih amat amatiran.

Kita hanya tahu memakai barang jadi tanpa (mau) tahu dengan proses yang terjadi sehingga barang/produk tersebut bisa ada di depan batang hidung kita. Akibatnya, jerih payah para pekerja kreatif IT (ini bukan saya lho… saya mah amatiran IT) adakalanya tidak diapresiasi dengan layak. Wajar kalo freelancer IT kita lebih mudah tergiur dengan pasar luar negeri yang lebih appreciate dengan hasil kerja mereka. Bayangin aja… kerjaan remeh temeh seperti ngedit script seuprit misalnya, atau tambah fitur sedikit di situs yang sudah berjalan dihargai minimal $ 30 US di www.getafreelance.com, di negeri kita? Jangan harap deh… nggak digratisin aja udah syukur.

Nggak ada bedanya dengan dagang buku bekas ke tukang loak/barang rongsok yang hanya dihargai Rp. 1000/kg, padahal kalo dijual ke tukang buku bekas atau teman yang kebetulan butuh buku tersebut, kita berikan harga 25-50% dari harga baru buku tersebut pun masih cukup layak (tergantung kondisi buku tersebut). Analogi diatas memperlihatkan jelas beda antara bagaimana barang dihargai secara fisik dan fungsi. Maka wajarlah kalo kemudian kita temukan pembajakan software, film dan musik saaangat marak di masyarakat kita (saya juga termasuk, tapi dengan alasan yang bagi saya pribadi saya anggap cukup kuat). Kita sering kali tidak (jika ‘kurang’ belum cukup mewakili) menghargai tahapan panjang yang dijalani para pembuatnya hingga produk tersebut sampai ke tengah-tengah kita.

Sebenarnya saya sih nggak masalah kalo ada request ngerjain website ini-itu, untuk kasus-kasus tertentu, gak dibayarpun nggak apa. Apalagi misalnya untuk rekan yang mau nikahan, itung-itung hadiah buat mereka berhubung mungkin saya nggak bisa ngasih kado yang sifatnya materiil. Tapi meskipun saya bisa kasih skill saya gratis, saya nggak bisa membuat hosting dan domain jadi gratis, listrik yang saya pake gratis, internet yang saya pake selama ngedesain gratis. Intinya, segratis-gratisnya jasa saya, bikin website itu tetep butuh biaya juga. Untungnya terus kepikiran juga jawaban yang bagus…

Wa’alaikumussalam
yeee… yang namanya harga temen itu, harusnya ente gak tega klo temen ente skillnya dihargain alakadarnya… hehehe. Apalagi digratisin… wah itu gak ngehargain temen banget namanya.

Klo biaya bikin web teh tergantung sama besar space hosting, spesifikasi kebutuhannya gimana, butuh fitur apa aja, desainnya ribet ato nggak, dll. Gimanapun ntar itu semua disesuaikan dg budget-nya. Budget ente berapa untuk situs? ntar saya bikin surat penawarannya.

Tapi enaknya ketemuan dulu trus ngobrol. Kemarin juga baru ada temen, eks presiden BEM ******, dia juga minta desain ulang toko onlinenya, trus ketemuan deh pas dzuhur di salman. Saya ada di bandung sampe jumat pagi, jumat-senin kayaknya bakal ke kuningan dan jakarta.

Bukannya pelit ato nggak mau berbaik hati sama temen. Tapi gimanapun kita gawe freelance kan butuh makan, butuh tempat berteduh, butuh bayar listrik, butuh pulsa, butuh ngakses internet, trus kalo komputer rusak butuh anggaran buat servis, dll. Parahnya, meskipun udah ngasih harga yang iriiiiiiiiiiiiiit pisan, kadang masih aja ada komentar-komentar miring yang bilang kemahalan lah, budgetnya kegedean lah, minta kurang lagi lah dll. Yah, begitulah nasib freelancer desain web kalo masih kehitung newbie.

Peluang Bisnis Kost di Bandung

Beberapa waktu lalu saya memposting foto-foto sebuah rumah kost di daerah Jl. Pelesiran, hanya sekitar 200 m dari kampus ITB. Kostan itu memang sengaja saya pamerkan diblog ini karena pemiliknya memang berencana menjual bangunan tersebut. Tadinya saya akan memposting info tersebut di Toko Online JPMI Jabar yang masih dalam tahap uji coba. Tapi ternyata ada masalah teknis sehingga postingan tersebut batal saya pajang di situs tersebut. Akhirnya saya menggunakan blog saya sendiri untuk mempromosikan rumah kost tersebut.

Lokasi rumah kost ini memang amat strategis. Berada di Jl. Pelesiran, yang diapit Jl. Cihampelas dan Jl. Tamansari. Hal ini menempatkan rumah kost ini dekat dengan kampus ITB, Unpas Tamansari dan Unisba, pusat perbelanjaan CiWalk dan Pasar Modern Balubur yang sedang dibangun. Selain itu hanya butuh 10 – 15 menit ke simpang dago, pasteur (via jembatan Cikapayang) Gasibu, dan Jl. Dipati Ukur tempat deretan kampus UNPAD, UNIKOM, ITHB dll. Lingkungan pun cukup nyaman dan asri, masyarakat sekitar yang ramah serta religius, biaya hidup pun murah karena daerah ini memang merupakan daerah pusat hunian mahasiswa dari kampus-kampus yang saya sebut diatas. Saya merasakan sendiri kenyamanan tersebut karena merasakan tinggal disana sejak 2005 hingga 2009 ini.

Tempat makan didaerah sekitar pelesiran juga amat beragam. Untuk yang suka dengan masakan rumahan, banyak warung nasi yang tersebar dipelosok Jl. Pelesiran. Bagi yang ingin variasi lebih, di sore hari bisa mengunjungi daerah pasar balubur yang menyediakan mulai dari ayam bakar, nasi goreng mawut, soto surabaya, hingga warung angkringan khas jogja yang semuanya dengan harga mahasiswa. Untuk yang suka masakan warteg, tersedia di ujung jalan pelesiran, masakan khas minang dan nasi pecel komplit khas madiun ada di wilayah tengah. Untuk sarapan ada warung nasi kuning ibu Titin dengan harga yang luar biasa murah atau aneka jajanan didepan SD pelesiran. Jika anda lapar ditengah malam, jangan khawatir, ada warung kopi yang buka 24 jam, menyediakan aneka jus buah, bubur ayam, bubur kacang hijau-ketan hitam, mie rebus/goreng dll.

Berikut ini adalah spesifikasi rumah kost tersebut:

  • Bangunan 2 lantai, Luas lahan 195m2, Status Hak Milik, tersertifikasi.
  • 15 kamar tidur (10 atas, 5 bawah).
  • Lantai bawah berbentuk paviliun dengan 5 kamar dengan ruangan yang relatif lebih besar, plus dapur, ruang tamu, serta ruang keluarga.
  • Kamar mandi 3 buah (2 di atas dan 1 di bawah).
  • Listrik 1300 kwh.
  • Air PAM dan Jet Pump (Sanyo).

Foto Preview Rumah Kost:

Rumah kost diatas ditawarkan dengan harga awal Rp. 800 juta. Sebagai bahan pertimbangan untuk investasi jangka panjang, harga kost pertahun di wilayah pelesiran untuk 2008-2009 rata-rata berkisar Rp. 3 – 6 juta / tahun. Bertambahnya pusat perbelanjaan Balubur dan naiknya jumlah mahasiswa akan berpengaruh positif pada tawaran harga sewa kost ini kedepannya. Adapun harga sewa kamar kost di rumah yang saya tawarkan saat ini adalah sebagai berikut:

  • ATAS (10 Kamar): Rp. 3 juta / tahun (6 kamar), Rp. 4 juta / tahun (4 kamar).
  • BAWAH (Paviliun 5 kamar, saat ini tidak disewakan): Rp. 5 juta (2 kamar), Rp. 3,5 juta (3 kamar).

Bisnis Properti di wilayah bandung, terutama penyewaan kamar kost masih akan memiliki prospek cerah hingga bertahun-tahun kedepan dengan semakin banyaknya populasi mahasiswa dan pekerja migran dari daerah-daerah lain di Jawa Barat. Mungkin apa yang saya tawarkan ini hanyalah salah satu peluang yang bisa digarap saat ini. Jika anda tertarik, bisa langsung menghubungi nomor kontak dibawah.

Contact Person :

Verry Hp. 022-92412485 (Marketing JPMI Shop)

Ardee Hp. 022-92456409 (WebAdmin JPMI Shop)

Maaf hanya copas…

— Pada Sen, 6/7/09, **** ******* <********@yahoo.com> menulis:

Dari: **** ******* <********@yahoo.com>

Topik: fwd: [ldk_ishlah_yai] Walimah Terakhir

Kepada:

Tanggal: ****

Dari: greta aryuan <gretaaryuan@yahoo.co.id>

Topik: [ldk_ishlah_yai] Walimah Terakhir

Kepada:

Tanggal: Senin, 6 Juli, 2009, 8:46 PM

Walaupun sedikit panjang dan copas tapi insyaAllah sangat menyentuh dan sarat hikmah.Bolehkan berbagi? Afwan kalo ada yang keberatan

Walimah Terakhir

oleh *Ust. Aidil

Walimatul ‘ursy atau resepsi pernikahan sekarang ini identik dengan sepasang pengantin yang dihias ’sensual’ dengan make up tebal yang kontras, berdiri bak raja dan ratu didampingi sepasang orangtua yang selalu menebar senyum. Latar belakang tampak dekorasi indah dengan hiasan bunga-bunga, makanan yang berlimpah-ruah disertai gubug aneka menu yang mengundang selera, pager ayu dan pager bagus yang muda dan cerah ceria. Foto-foto pengantin yang dicetak besar dan memenuhi sisi-sisi gedung walimah, tamu undangan yang berdandan istimewa, kilatan cahaya kamera di sana-sini, senandung musik yg memekakkan telinga dan souvenir mungil yang bisa jadi pengenang. Inilah pemandangan eksotis RAJA dan RATU sehari itu.

***

Suatu saat aku* dan istri menghadiri pernikahan seseorang di pinggiran Jakarta. Ada nuansa yang menguak kembali ingatanku akan model pernikahan di penghujung tahun 80-an. Subhanallah, jarang aku menjumpai pernikahan yang seperti ini lagi. Begitu khidmat dan sederhana. Tak ada pelaminan, hanya ada hamparan karpet di sebuah Mesjid sederhana dengan sedikit hiasan bunga-bunga plastik dan beberapa hiasan kaligrafi.

Jangan berpikir tentang pakaian pengantin yang mewah dan berganti-ganti, sebab sang pengantin hanya mengenakan sebuah gamis putih yang juga sederhana. Meja prasmanan atau gubuk-gubuk makanan? Tak akan ditemukan di sana. Sebab semua makan dengan sebuah hantaran yang sama dan duduk lesehan di karpet yang sama.

Tak ada yang makan sambil berdiri. Mereka merasa setara karena tak ada yang dandan ngejreng dengan kemilau perhiasan emas yang menyolok mata. Tak ada yang mubadzir, tak ada yang merasa tak dihormati, baik oleh tuan rumah atau oleh sesama tamu yang datang.

Sungguh, tak ada kemewahan di sana. Tetapi, sedikit pun tak mengurangi kebahagiaan dan senyuman yang tulus. Saat kalamullah dialunkan, terasa hening dan sesekali terdengar suara isak tangis yang tertahan. Khutbah nikahpun dibawakan bukan oleh ustadz kondang, lebih mirip seperti kultum karena dibawakan oleh orang yang dituakan di antara mereka. Sangat menyentuh, tentang ketakwaan, tentang membangun rumah di surga.

Dan saat ijab qabul terucap… air mata tak bisa dibendung. Oh tidak, bukan aku saja. Semua meneteskan air mata… haru… ah… sungguh walimah yang penuh berkah.

Pernikahan adalah ibadah. Sesungguhnya Rasulullah saw pun pernah berpesan agar pernikahan itu tak hanya mengundang tamu orang kaya dan melupakan yang miskin. Sehingga, sesungguhnya pernikahan bukanlah ajang menampakkan gengsi dan pamer kesuksesan seseorang karena kemilaunya acara pernikahan yang ia selenggarakan. Bahkan ada yang menunda pernikahan lantaran belum terkumpul dana untuk menyelenggarakan pernikahan yang istimewa.

Bukankah menunda pernikahan tanpa waktu yang tegas justru akan memungkinkan datangnya fitnah?

Pernikahan juga bukan ladang bisnis bagi penyelenggaranya. Dihitung modalnya sekian dan balik modal dari sumbangan yang datang dari para undangan mestinya sekian. Terkadang sempat terpikir di benak orangtua saat menikahkan anaknya adalah saat ia mengumpulkan lagi sumbangan yang pernah ia berikan ke orangtua yang terdahulu menikahkan anaknya. Bukankah kita diajarkan untuk senantiasa berlaku, bertindak dan berkata dengan ikhlas?

Maka, menjadikan pernikahan sederhana sebagai satu ibadah yang tidak memberatkan mestinya adalah keniscayaan. Wajar bila orang tua ingin memuliakan para tamu, wajar pula orang tua ingin menampakkan keindahan dalam setiap jejak kehidupan anaknya. Tetapi itu tak mesti membuat kita memicingkan mata ketika kita menghadiri pernikahan yang sederhana… .

Beberapa tahun kemudian, kejadian itu telah terekam dalam memoriku*. Tak ada lagi pernikahan sederhana setelah itu. Setidaknya yang aku* saksikan hingga saat ini. Semua seolah berlomba untuk sebuah acara seumur hidup yang tak terlupakan. Hingga dahi pun berkerut-kerut menghitung anggaran biaya walimah yang menguras seluruh tabungan. Tetapi tahukah, justeru pernikahan sederhana di ataslah yang tak pernah terhapus dalam memoriku*… akankah jadi ‘walimah terakhir?

Menggiurkan, tapi…

Alhamdulillah, saya tidak lebay hahaha. Betul nih… setelah sekian lama gak nulis, tertarik juga untuk ngapdet blog. Bukan dengan info promo, isu politik, forwardan tulisan dari milis ato blog ‘tetangga sebelah’ hahaha, tapi beneran nulis hal yang agak lumayan penting (semoga). Yap, begitulah… untung saya tidak lebay. Kata-kata itu mengawali tulisan nan katrok ini, dengan satu alasan. Saya ceritanya lagi bersyukur karena pagi ini nyaris tertipu oleh selebaran promo palsu. Tulisan ini semoga bermanfaat buat anda semua, sebuah tips dan trik agar anda terhindar dari modus penipuan berkedok promo berhadiah langsung berupa kendaraan bermotor.

Begitulah… saya hampir girang bukan kepalang (bahasa purba, *halah*) ketika tadi pagi menemukan sebungkus plastik kecil berisi kertas yang kayaknya mah jatoh dari kemasan produk wafer ‘TANGO’, produksi PT. ULTRA PRIMA ABADI atau populer dengan sebutan ORANGTUA group. Isi bungkusan itu ternyata selembar kertas dan sebuah kupon (maaf gak ada kamera) yang bertuliskan begini:

PT. ULTRA PRIMA ABADI

Jln. Raya Harmoni Kav. 21/22 No. 19 JakPus

SURAT PEMBERITAHUAN

NO. 64788 / TANGGO / s / 2009

PT. ULTRA PRIMA ABADI menyampaikan kepada Saudara(i) yang mendapatkan surat ini dimanapun atau di daerah mana saja, di dalam Produk PT. ULTRA PRIMA ABADI berarti sah atau resmi mendapatkan Hadiah Langsung dari Perusahaan kami tanpa diundi.

SELAMAT ANDA MENDAPATKAN 1 (SATU) UNIT TOYOTA AVANZA

Untuk informasi lebih lanjut segera menghubungi Kabag Humas PT. ULTRA PRIMA ABADI selaku penanggung jawab. Telepon dapat dihubungi hari senin s/d jum’at pkl 07.30-15.30 wib. (Kecuali Hari Libur). Hadiah tersebut langsung kami antar ke alamat pemenang.

Khusus pemenang Grand Prize wajib menyelesaikan biaya Administrasi Balik Nama STNK BPKB. Pajak ditanggung pihak Perusahaan sebanyak 25%.

Keputusan ini mutlak dan tidak dapat diganggu gugat sesuai ketentuan Perusahaan yang Berlaku.

Hati-hati terhadap segala bentuk penipuan, PT. ULTRA PRIMA ABADI tidak mengadakan undian berhadiah kecuali Hadiah Langsung yang didapat dalam kemasan.

[tanda tangan DIRUT (tertera Drs. H Sigit Purwanto, SE), disahkan oleh polda metro jaya (tertera Irjend. Pol Wahyono), Dirjen Pajak (tertera Drs. Sudarmin MM), disahkan oleh notaris (tertera Muh. Bachtiar SH. MH.)]

[logo SCTV TRANS7 TVONE]

[Kupon berisi nomor telepon yang harus dihubungi]

Hmmm… tampak meyakinkan kan? Tapi sejak awal saya langsung berpikir bahwa potensinya 50% : 50% antara ini hadiah betulan dan ini adalah penipuan. Adalah sangat mungkin ada pihak-pihak tidak bertanggung jawab yang mendompleng nama PT. ULTRA PRIMA ABADI untuk melakukan penipuan semacam ini. Maka dari itu, saya memutuskan untuk memastikan kebenaran adanya promo tersebut dulu baru menghubungi nomor telepon yang tertera dikupon. Saya mengamati lagi surat dan kupon tersebut dan menemukan kejanggalan sebagai berikut:

  1. Pada surat tertera nomor surat dengan tulisan [TANGGO] dan bukan [TANGO] seperti merk asli yang dimiliki PT. ULTRA PRIMA ABADI.
  2. Nomor kontak yang tertera didalam kupon keduanya adalah nomor seluler dengan kepala 021-97*** dan 081237***.
  3. Tulisan “Jangan menghubungi nomor lain untuk menghindari tindak penipuan.” dibelakang kupon.
  4. Tidak tertera izin Depsos. padahal biasanya promo berhadiah resmi biasanya mencantumkan nomor izin depsos. Justru yang tertera adalah tulisan: PT. ULTRA PRIMA ABADI
    BERTANGGUNGJAWAB ATAS DASAR IJIN PEMERINTAH R.I [ Nomor izin tralala dari mendagri, DEPKES, pemda jakarta dan polda metro jaya *gak nyambung pisan*]
  5. Tidak tercantum masa periode promo dan batas akhir penarikan hadiah.

Saya sih sebenarnya belum 100% yakin juga kalo ini penipuan, syukur-syukur kalo ternyata beneran *ngarep*. Tapi kok nampaknya janggalnya terlalu banyak. Jadi kepikiran untuk iseng datang ke kantor PT. ULTRA PRIMA ABADI langsung. Kebetulan emang kamis besok ada rencana untuk ke jakarta dan bersilaturahmi sama kuncen shelter TransJakarta harmoni (gak deng… cuma numpang lewat aja), ya jadi bisa sekalian memastikan kebenaran promo tersebut.

Itu aja sih sebenarnya pengalaman saya, seumur-umur gak pernah tuh sampe sekarang ikut undian ato promo berhadiah trus menang. Padahal dulu sempet juga seneng ikut kebiasaan di rumah, ngumpulin bungkus Indomie dan ikut supermega promo ato apalah nama undian dari Indofood [CurCol mode ON]. Dulu juga pernah nyobain ikut promonya Mie Sedap yang hadiahnya gitar PADI, secara ngefans berat sama BAND TERBAIK INDONESIA SEPANJANG ZAMAN [yang lain NOTHING kecuali Nasyid Metalnya SHOUTUL HAROKAH yeah!!!] versi saya tersebut huahahaha. Sayangnya sekali lagi gak dapet, hiks. Sekali-sekalinya juara eh… se-duakali-duakali-nya juara itu pas SD pas ikut lomba tertib shalat tarawih, trus pas jadi selebritis dadakan abis ikut Olimpiade Sains Nasional di jogja. Padahal mentok hanya di 30 besar nasional doang. Sebagai penutup curhat colongan ini, saya mungkin ingin sedikit ngasih TIPS DAN TRIK MENGHINDARI PENIPUAN BERKEDOK PROMO HADIAH LANGSUNG ATAU UNDIAN:

  1. Jika ada promo hadiah langsung dan menemui kasus seperti diatas, pastikan dulu ke customer service resmi dari produk yang bersangkutan sebelum anda memutuskan untuk menghubungi nomor kontak yang ada. Abaikan saja jika ada peringatan ‘JANGAN MENGHUBUNGI NOMOR LAIN’, ya iya lah… kalo emang berniat nipu pasti oknumnya gak mau kalo aksinya terendus oleh perusahaan yang asli.
  2. Amati dengan cermat kupon atau surat pemberitahuan yang anda terima. Lihat izin depsos yang tertera, karena seharusnya ada dan dicantumkan. Lihat juga alamat yang digunakan, apakah cocok dengan yang tercantum dibuku telepon atau situs. Kalau perusahaannya gak punya situs atau blog (harre gennnnneee?), bisa diusulkan saja ke perusahaannya untuk menghubungi saya [nomor kontak bisa liat di facebook], insyaAllah saya bisa memberi penawaran website perusahaan dengan harga murah (promosi colongan mode ON). Kesalahan ketik atau kalimat-kalimat janggal bisa jadi anda temukan. Jika ya, anda wajib curiga… tapi nggak wajib lapor RT/RW (karena yang wajib lapor RT/RW itu Tamu yang nginep > 2 x 24 jam tauuuu…).
  3. Kalau ternyata promo itu benar-benar ada, tetapi disebutkan bahwa anda harus membayar biaya administrasi ini itu, pastikan bahwa itu sesuai dengan yang tercantum dalam selebaran/poster promonya, benarkah tertera hal tersebut? Pajak ditanggung pemenang atau perusahaan, biasanya tertera di poster publikasi.
  4. Kalau anda cukup parno dan bermental detektif, atau pernah bercita-cita jadi polisi tapi nggak kesampaian, anda bisa coba melacak potensi penipuan dengan menelepon nomor kontak yang tertera tersebut. Anda harus berpura-pura yakin tentang kebenaran hadiah tersebut dan coba mengorek informasi sebanyak-banyaknya. Kalau anda cukup PeDe dengan hasil investigasi anda tersebut, anda bisa melaporkannya ke polisi.
  5. Kalau ternyata tidak ada masalah lagi di poin 1, 2, 3, bisa jadi promo tersebut benar adanya. Saya hanya mengingatkan, jika anda seorang muslim, jangan lupa dikeluarkan zakatnya 2,5 % (CMIIW). Lebih baik lagi jika anda mau berbagi kebahagiaan dengan bagi-bagi ke saya. Itu mah alhamdulillah banget, hehehe.

Sorry deh kalo TIPS DAN TRIKnya diselingi plesetan gak penting. Tapi kita harus tetep waspada intinya mah. Ingat, kejahatan itu bisa terjadi karena karena penjahatnya pinter, ato kitanya yang kurang hati-hati, jadi yaaaaa… jagalah hati (lho?).

NONGGENG

Ada yang tau istilah nonggeng? Saya nggak lagi bicara tentang nonggeng a.k.a nungging secara harfiyah yang mungkin bisa diartikan mengangkat harkat bokong manusia setinggi-tingginya. Hehehe… bukan mau bicara vulgar, nonggeng yang satu ini kebiasaan unik yang saya temui disalah satu komunitas netter Indonesia, ID-GMAIL alias Kampung Gajah alias Milis pengguna Gmail Indonesia. Saya juga baru tau istilah ini karena dikasih peringatan begini waktu baru mau masuk:

Seiring perjalanan waktu, istilah nungging semakin sering digunakan, lebih dimaksudkan sebagai dorongan (suruhan) untuk memperkenalkan diri bagi para warga yang baru bergabung di mailing list id-GMail (biasa disebut dengan istilah warga baru), dan memiliki beragam variasi misalnya; Nonggenk.

Sebenarnya intinya perkenalan diri…

Yah sekedar bukti eksis aja…

Soulmate

Soulmate

[Markaz, 27 jan 2008; “Semoga Allah berkenan mempertemukan kita di surganya…”]

Sebuah hari diawal 2005

“Assalamualaikum Akhi…” sebuah suara memanggilku dari selasar kantin Salman. Kulihat seorang ikhwan berkacamata, dengan jaket Gamais coklat muda menghampiriku. Aku lupa-lupa ingat apakah aku pernah berkenalan dengannya.

“Wa’alaikumussalam Wr. Wb.” kujawab salam itu dengan sedikit ragu. Tapi aku segera ingat bahwa beberapa waktu sebelumnya aku bertemu dengannya di acara briefing peserta sebuah daurah yang akan segera berlangsung.

“Eh, kalo D*** jadinya kapan sih?” tanyanya dengan akrab.

Masyaa Allah… nih anak, dengan seenaknya menanyakan hal itu di tempat umum seperti ini” batinku.

“Antum gimana sih, kan besok berangkatnya…” jawabku heran. Kok bisa ya dia nggak tau.

Respon berikutnya benar-benar membuatku terbengong-bengong, tiba-tiba saja dia tertawa ngakak tanpa dosa seperti anak kecil sama sekali tidak peduli dengan dimana kami berada saat itu.

Sebut saja Insan, seorang mahasiswa seangkatanku asal jakarta dengan logat betawi medok. Aku hanya mengenalnya sekilas saja di daurah itu. Sedikit kesan yang melekat di benakku, ia adalah figur yang kocak dan easy-going dalam melihat sesuatu. Hal ini cukup mencairkan suasana antar peserta yang kaku pada hari pertama. Kami memiliki kesamaan dalam beberapa hal, diantaranya sama-sama sulit dibangunkan saat giliran hirosah/jaga malam. Selain itu kami sama-sama ada di ‘barisan paling depan’ dalam mengejar jajanan disekitar lokasi daurah. Maklumlah, badan kami yang sama-sama ber‘porsi’ besar tidak tercukupi dengan makanan yang disediakan panitia. Sayangnya, sepulangnya dari daurah dia segera harus dirawat dirumah sakit karena masalah pencernaan.

Setelah daurah itu, tak banyak hal yang kutahu soal beliau. Kami hanya saling bertegur sapa saat berpapasan. Aktivitasku di kemahasiswaan dan beliau di Gamais membuat kami jarang bertemu.

[ … ]

Pertengahan 2005

Awal tahun ajaran baru telah datang. Dari seorang rekan yang ada di YPM Salman aku mendapat kabar bahwa akan dibuka pendaftaran anggota baru di asrama Salman. Kebetulan orangtuaku memberi ‘warning’ untuk mencari tempat kost yang semurah mungkin karena kebutuhan keluarga yang cukup banyak diawal tahun ajaran baru itu. Tanpa membuang waktu lagi aku segera mendaftar dan melengkapi prosedur. Aku yakin bahwa prasyarat minimal seleksi masih dapat kupenuhi walaupun untuk masalah akademik IP-ku pas-pasan.

Saat itu aku sedang harus fokus di persiapan OSKM dimana aku menjadi koordinator di salah satu tim. Kostku jarang kutempati karena selalu menginap dikampus. Saat itulah aku melihat bahwa keberadaan tempat tinggal yang dekat dengan kampus menjadi sebuah kebutuhan. Dan asrama salman adalah lokasi ideal sesuai kriteriaku itu.

Proses seleksi berjalan agak terlambat, padahal batas waktu habisnya sewa kostku telah lewat. Maka untuk sementara sebagian besar barang-barangku kutitipkan di salah satu sekretariat unit di gedung kayu. Aku mandi di kamar mandi masjid dan menginap dimanapun yang memungkinkanku untuk menginap seperti di himpunan atau di gedung kayu. Saat itulah akhirnya aku mendapat kabar bahwa namaku terdaftar dalam calon penghuni asrama dan diperbolehkan untuk mulai memasukkan barang ke asrama. Segera kupindahkan barang-barang yang sempat mengundang komplain dari anggota unit itu.

Kegembiraanku tidak berlangsung lama. Adanya perubahan prasyarat dari YPM menempatkanku pada posisi sulit. IP-ku yang pas-pasan membuatku tidak memenuhi rumusan prasyarat yang baru. Aku menjadi ‘tunawisma’ untuk yang kedua kalinya dan sekali lagi jadi penghuni gelap di gedung kayu.

Aku bingung karena sudah terlanjur bilang ke orangtua mengenai diterimanya aku masuk asrama. Saat itulah aku bertemu kembali dengan Insan yang segera menjadi sasaran curhatku yang bingung mencari tempat tinggal. Saat itu juga dia langsung menawarkan tempat tinggal sementara di kontrakan yang ia sewa bersama rekan-rekan ikhwah di Pelesiran. Aku belum juga terlalu akrab dengan beliau saat itu. Bahkan saat itu pertemuan kami setelah sekian lama tidak berpapasan di Salman.

Tanpa pikir panjang aku segera mengiyakan tawaran itu. Segera barang-barangku yang memenuhi bioter kupindahkan ke ‘Markaz’. Aku memang tidak mendapat kamar disana, tapi bagiku yang sudah berhari-hari tidur ala kadarnya di Salman, tidur diruang tengah sudah lebih dari cukup. Aku kadang tidur di karpet dengan jaket tebal peninggalan Ospek, terkadang pula aku tidur disofa rotan reot yang tidak seberapa lebar, yang membuatku harus melipat badan. Ramadhan tinggal dalam hitungan hari, sehingga bagiku saat itu lebih baik daripada harus menghabiskan Ramadhan dalam gedung kayu.

Tak lama kemudian Insan memutuskan pindah ke sebuah asrama, dia menawarkan kamarnya dilantai dua untuk kutempati bersama ikhwan yang lain. Aku akhirnya membayar beberapa ratus ribu untuk sekedar pengganti sisa masa kontraknya itu. Beberapa saat tinggal disana membuatku mengenal rekan-rekan baru secara lebih intens disana.

[ … ]

Januari 2006

Kata orang, kalau ingin mengenal lebih jauh tentang seseorang maka kita dapat melakukan perjalanan dengannya, makan bersama dengannya atau menginap bersamanya. Karena kami satu kontrakan, aku dan ikhwan yang lain jadi saling tahu lebih jauh satu sama lain. Tapi tidak ada yang lebih akrab denganku selain Insan. Dari interaksiku selama beberapa bulan, kami jadi lebih saling terbuka tentang masalah masing-masing. Kesamaan dalam masalah kestabilan amalan yaumian dan hubungan dengan lawan jenis jadi satu hal yang justru membuat kami bisa saling mengingatkan. Kami jadi tahu rahasia masing-masing yang tidak diketahui ikhwan yang lain. Kami sadar bahwa masalah-masalah itu adalah qadhaya bagi jama’ah, tetapi justru karena kesamaan-kesamaan itulah kami lebih mudah untuk saling menasehati dalam mengatasi kekacrutan masing-masing.

Pernah selama beberapa minggu aku jarang pulang ke Markaz, masalahnya adalah lagi-lagi ada pemberlakuan wajib tilawah bagi seluruh penghuni kontrakan. Aku seyakin-yakinnya yakin bahwa maksud dan tujuannya adalah bagi kemaslahatan dakwah sendiri. Ini masalah tarbiyah ruhiyah kami sebagai seorang Akh. Tetapi aku disisi lain merasa terganggu dengan sistem aturan semacam itu. Melihat jauh kebelakang, semasa dipesantren dulu pun, aturan yang ketat justru semakin membangkitkan semangatku untuk melawan aturan tersebut. Aku memang bukan tipe orang yang senang diatur.

Begitu pula dengan tahfidz dan mabit. Aku cenderung resisten dengan ajakan yang bersifat memaksa dari Rio, Andi, dan Angga. Kalau sudah begitu, apapun alasannya aku akan menolak, walaupun resikonya beberapa hari selanjutnya komunikasi antar kami akan kaku tidak akrab seperti sebelumnya. Toh kemudian kekakuan itu segera menghilang seiring waktu yang membuat kami lupa kejadian-kejadian itu.

Hal ini jauh berbeda dengan kondisi jika Insan yang bicara padaku, atau sebaliknya. Dalam beberapa kepanitiaan, aku berkerja dalam tim yang sama dengan beliau. Tak jarang kekonyolan-kekonyolan yang muncul dari kami berdua membuat kami semakin akrab. Terkadang memang ada sesi pundung-pundungan, tetapi taklama kami berdua akan segera bermaaf-maafan. Inilah mengapa kami bisa lebih menerima nasehat satu sama lain. Mengenai tilawah, hubungan ikhwan-akhwat atau hal-hal lainnya.

Dalam sebuah kepanitiaan daurah, aku pulang ke Markaz diantar Insan. Waktu itu baru saja terjadi insiden ceroboh yang sempat membuat kami ngakak berdua diatas motor. Aku harus berganti baju karena akan kekampus, sedangkan ia akan menjemput seorang ustadz di Kebon Kembang. Sebelum kami sampai dirumah, kami makan bubur di tempat langganan Insan sewaktu masih di Pelesiran.

“Eh Ar… kayaknya seru juga ya kalo ntar kita udah punya anak cucu, trus kita cerita-cerita soal pengalaman-pengalaman konyol kita waktu jadi panitia daurah kayak gini.” ujarnya sambil mulai menyantap bubur itu.

“Iya sih San, tapi…” aku terhenti sejenak, “masalahnya apa mungkin ya kita masih tetep dijaga (oleh Allah) untuk tetap istiqamah disini… (di jama’ah). Lo tau lah, kondisi tilawah gue kayak gimana.”

“Eh Ar… masalah tilawah mah kita sama-sama kacrut. Tapi serius lho Ar… walopun amburadul, menurut gue yang penting rutinnya.” ucapnya sambil menyambar kerupuk. “Gini-gini… jujur ya Ar… walopun jarang juga gue bisa nyampe sejuz sehari, tapi gue tetep ngusahain banget tilawah walopun cuma 1-2 lembar”.

“Masalahnya dirumah nggak kayak gitu San…” ucapku sambil menghabiskan suapan terakhir, “Gue lagi males pulang ke Markaz, soalnya selalu aja langsung ditodong soal tilawah sama anak-anak.” ujarku sebelum akhirnya memesan satu mangkok lagi.

“Gue setuju sih… emang seru seandainya kita semua bisa kumpul lagi pas udah punya anak-cucu. InsyaAllah banyak cerita sepanjang aktivitas kita di ITeBe. Tapi… nggak ada yang bisa ngejamin kita bakal tetep ada gabung di dakwah selepas dari kampus.” aku melanjutkan kembali sarapan kloter kedua ku.

“Ya… selepas dikampus sih nggak ada dari kita yang tahu Ar. Akupun pernah sekali-dua kali terpikirkan untuk keluar dan lepas…”

“Heh… gue jitak lo kalo sampe insilakh…” potongku setengah bercanda sebelum sempat dia melanjutkan ucapannya.

“Lha… kalo lo yang lepas, gimana?” balasnya sambil ikut memesan satu porsi lagi.

“Ya… lo jitak gue lah…” jawabku asal sambil tetap asyik dengan buburku.

“Lho… kalo kita berdua lepas gimana?” sambarnya nggak mau kalah.

“Ya… udah, kita jitak-jitakan…” sahutku yang segera di sambut tawa kami berdua.

Nggak kerasa. Kita sudah sama-sama ditahun terakhir. Sama-sama berjuang untuk segera nyemplung ke arena dakwah yang baru dan lebih Riil di masyarakat. Aku dan Insan sama seperti dulu, masih dengan candaan-candaan khas kami. Semakin banyak kisah dan obrolan konyol yang kadang-kadang masih saja nyerempet ke topik lawan jenis. Dengan berbagai keterbatasan dan kekurangan yang ada, ternyata kami masih disatukan dalam panji yang sama… Insya Allah… bersama doa yang tulus, semoga tetap sama-sama istiqamah hingga ajal menjemput… Sehingga Allah mempertemukan kembali kami dan semua ikhwah lainnya di Surganya kelak. Amin…

Allahumma innaKa ta’lam, Annnahadzihil Quluub… Qad ijtama’at ‘ala mahabbatika, Waltaqqat ’ala Tha‘atika, Wa tawahhadat ‘ala Da’watika, Wa ta’ahadat ala nasyrati Syari’atika, Fawatsiqillahumma rabithatahaa… Wa adimmuddahaa… Wahdiha subulaha… Wamla’haa binuurikalladzi laa yakhbuu… Wasyrah shuduuraha bi faidzil iimaani Bika… Wajamilit tawakkuli ‘Alaika… Wa’ahyiha bi Ma’rifatika…Wa’amithaa ala SYAHADATI fii sabiilika… Innaka ni’mal maulaa wa ni’mannashir…

Wassalam….

*Admiring Senja*

Nb: Insan, Rio, Andi dan Angga adalah karakter nyata yang disamarkan (walaupun kemungkinan tetap dikenali siapa orangnya)

Sulitnya Merubah Mindset…

Dalam suatu taushiyah dipaparkan bahwa kualitas dan kondisi tarbiyah suatu kaum bisa dilihat dari topik obrolannya. Jika isi obrolan itu tidak lepas dari mengingat Allah, Amal dan pembinaan diri, maka kondisi masyarakat atau kaum itu sedang sangat sehat dan mengalami kemajuan. Tetapi jika isi obrolannya tersebut tidak lepas dari Ghibah (gosip), Candaan dan Gurauan, apa lagi mengarah pada seputar kebutuhan ego dan syahwat, maka serendah itulah kualitas dari masyarakat tersebut.

Dan…. Jleb… saya tersinggung dengan kalimat saya sendiri. Tiba-tiba saja saya ngerasa bodoh… ceroboh… dan rendah. Seberapa seringkah saya mengingat kelompok yang saya pegang? Amal yaumiyan saya yang masih segitu-segitu saja? Gimana mandegnya gerbong yang saya tumpangi berjalan?

Kemudian saya teringat dengan seberapa sering saya berdoa meminta kemudahan jodoh? Menghabiskan waktu-waktu saya untuk mendengarkan lagu favorit saya? Memikirkan bisnis saya? Lalu mana waktu untuk aku curhat dan berkonsultasi pribadi denganNYA?

Aku semakin merasa malu dengan diriku sendiri. Kalau saja memukul kepalaku akan meringankan sedikit beban pikiranku, maka akan aku pukul kepala ini sekencang – kencangnya… Bakaaaaaaaa (bodoh, bahasa jepang red.)!!!  Kata seorang rekan aku itu kurang amanah… atau kurang amal (tuh kan, jadi inget dampratan Akhwat 1,5 tahun lalu…)

Fenomena tadi aku rangkum menjadi sebuah kesimpulan… Merubah mindset memang tidak mudah… begitu pintu ta’aruf kubuka kuncinya… begitu saja tema-tema sejenis melayang dipikiran ku. Begitu sulit rasanya menghapus bayangan-bayangan itu kuhapus habis… Dan aku semakin merasa bodoh… ceroboh…

Bodohnya, kebodohan yang paling bodoh adalah hal tadi diperparah dengan mulut bawelku yang nggak bisa tahan untuk nggak cerita ke rekan yang lain… This stupid blabbermouth, makes things worse!!

Akhirnya, sepertinya aku harus merubah doaku…

bukan meminta untuk dilapangkan hati… tetapi untuk dimudahkan menutup mulut kecuali untuk kebutuhan yang seperlunya….

Wallahu A’lam bisshawab

Eighties Memory: Lost in Your Eyes (Debbie Gibson)

LOST IN YOUR EYES (Debbie Gibson)

I get lost, in your eyes
And I feel my spirits rise
And soar like the wind
Is it love that I am in?
I get weak in a glance
Isn’t this what’s called romance?
And that’s what I know
Cause when I’m lost
I can’t let go

(Chorus)
I don’t mind
Not knowing what I’m headed for
You can take me to the skies
It’s like being lost in heaven
When (and) I’m lost in your eyes

I just felt
Don’t know why
Something is there
We can’t deny
Ooh, when I first knew
Was when I first looked at you
And if I
Can’t find my way
If salvation
Seems miles away
Oh, I’ll be found
When I’m lost in your eyes

(Repeat Chorus)

I get weak in a glance
Isn’t this what’s called romance
Oh, I’ll be found
When I am lost In your eyes.