Senandung Semester Akhir
Note : Kisah ini sama sekali bukan kisah nyata. Hanya sebuah curahan inspirasi yang tumpah menjadi cerita.
“Bu…. aku minta nikah..!!” Rengekan itu lebih terdengar seperti rengekan anak umur lima tahun ketimbang seorang calon sarjana yang minta restu kepada orang tuanya. Ibuku terlihat sedikit kaget sebelum akhirnya, hanya menghembus nafas sambil bergeleng-geleng keheranan.
“Ar… ar, lha wong kamu aja gak lulus-lulus, masak tahu-tahu minta nikah.” Tuturnya pelan. “Nikah itu bukan urusan simsalabim jadi lho, Ar..!!”
“Iya bu, aku siap kok….!! Aku udah baca buku ini lho bu!!” jawabku sambil menunjukkan buku “Pernak-Pernik Menghadapi Pernikahan”. Sekuat tenaga ibu berusaha menahan tawa, sampai akhirnya meledaklah tawa ibuku hingga terkekeh-kekeh…
“Lho, terus gimana nanti kalau sudah menikah…? Kamu harus mulai bertanggungjawab menafkahi istrimu lho…. Emang sudah sanggup?” tantang ibu kepadaku…..
“Alhamdulillah bu, badanku ‘kan sehat, normal kok bu…!!!” Jawabku sekenanya yang langsung disambut tempeleng pelan yang mendarat diubun-ubunku… “Hih…. kamu ini, bukan ‘nafkah’ yang itu maksudnya…!!” tegurnya geregetan….
“Wah, tenang aja bu! Menurut buku ini, kita nggak perlu khawatir, kan rezeki itu sudah ada yang mengatur… tinggal kita yang harus berusaha bu!! Lagipula setiap orang kan sudah ada jatah rezekinya sendiri, rezeki tiap orang gak akan nyasar kok….!!” Jawabku sangat bersemangat sambil memperagakan ‘pembagian rizki’ dengan sliweran tangan seperti layaknya seorang pengamat ekonomi sedang presentasi.
“Ya…. trus, kamu ‘usaha’nya udah belum…?” tantang ibuku lagi sedikit meledek, yang membuatku sedikit ‘nyesak’.
“Ya, kalau itu sih, baru sebatas ‘nyoba-nyoba’ bu…” jawabku nyengir dengan agak tersendat-sendat. “Tapi yakin deh….” omongan ku ini langsung dipotong…
“Teruuusss…!! gimana dengan SMS kamu yang tiap akhir bulan ngerengek minta uang? “bu, duit abis…. kirim lagi ya!!”, “Bu, aku udah coba hemat, tapi….bla bla bla”….”. jawaban ibuku sudah tidak masuk lagi dalam otakku…. yang akhirnya melayang jauh entah kemana..!! Aku cuma manyun aja mendengar ceramah ibuku kemudian…..
—===|||===—
Beberapa hari kemudian aku balik lagi ke Bandung. Aku memutuskan untuk pulang hanya sebentar liburan ini karena ada beberapa hal yang harus aku urus di kampus. Sesampai di kost aku istirahat setelah 4 jam tergencet didalam bus karena duduk bersebelahan dengan seorang bapak yang membawa banyak buntelan. Aku berencana paginya akan segera bersiap berangkat kekampus pagi-pagi.
Hoaa…..hem…!! Ternyata aku telat bangun subuh, sudah jam setengah 6 pagi ternyata…. Aku keluar kamar hendak kekamar mandi. dan ternyata dikamar sebelah Tresno pun baru bangun tidur dengan tampang yang gak kalah kusut dengan sprei yang ku pakai tidur semalam.
“Kenapa Lo No….?” Si Tresno yang ditanya nampak masih ‘mengumpulkan nyawa’ terdiam berdiri dengan mata terpejam selama beberapa belas detik sebelum akhirnya menyahut…. “Heuh…. apa kata lo jek…?” dengan logat betawi kapiran yang tetep aja gak bisa nyembunyiin medok jawanya yang khas. “Woi, Lo udah bangun belom sih…” Teriak ku, yang langsung membuatnya melotot walau tatapannya kosong.
Tresno akhirnya bangun, lalu menjawab “Gue abis begadang semaleman, TA gue sulit banget nih….”. Jawaban Tresno ini walau sama sekali gak ada maksud nyinggung, tapi tetep ngebuat dada gue nyesek dan dongkol.
“Iye, tau deh lo yang mau lulus Juli ini…..” Sekarang malah gue yang dipelototin. “Semprulll…!! Lo ngeledek gue ya… Pengen ngusir gue cepet-cepet dari kampus?” Hmm, iya juga sih…. gue lupa kalo dia dua angkatan diatas gue dan sama-sama belom ditakdirkan untuk lulus dari institut teknik ini…. “Iya deh, sorry bang… sorry!!”.
Oiya, lo kemana aja sih beberapa hari ini gak keliatan? Aku menjawab dengan nyengir “Hehe, gue pulang minta restu sama orang tua…!!”.
“Lho emangnye lo mau ngapain jek…?” jawabnya berlagak bloon, kemudian terdiam lalu menepuk bahuku keras….. “Waaah, lo mau nikah ya…!!! Ato… sunat?”.
“Wah…. sembarangan lo No….” jawabku diikuti tawa renyah kami berdua, yang sebetulnya dalam hati mengurut dada. Ada gak ya, yang mau sama kita berdua…
—===|||===—
Akhirnya aku malah jadi berangkat bareng sama Cah Gendheng yang ganjen ini. Seperti biasa, matanya ini agak sulit dikendalikan kalo ada yang ‘bening’ sedikit dijalan. Makanya sebenarnya agak sedikit malu-maluin berangkat bareng anak yang satu ini. Untung jarak kampus gak jauh, jadi malunya cuma sebentar. Beberapa meter dari gerbang kampus tiba-tiba saja ada yang memanggil… “Tresno…!!”. Kami berdua menoleh. Ternyata Nada, seorang cewek, adik kelas sejurusan dengan Tresno yang jadi inceran banyak cowok dikampus.
“No, kamu kemana aja sih… gak keliatan dikampus…” cecarnya manyun. Tresno dengan pede gaya playboy kampring menjawab “Gue lagi sibuk nulis Skripsi nih…. Kenape, akhirnya Lo nyariin gue ya…..” jawabnya dengan GeeR yang superrrr…duperrr… overrrrdosis. Sekarang Nada malah ngrengut… “Ih…. apaan sih, gue cuma mau nyampein ini… dateng ya…!!” Sebuah amplop indah berwarna pink, dengan pita merah. Sepertinya dia gak terlalu memperhatikannya.
“Paling ulang tahun.” mungkin begitu pikirnya, dan langsung memasukkannya ke tas.
Kami berpisah menuju jurusan masing-masing. Aku harus mengurus TA-ku yang tertunda satu semester dan melihat daftar nilai-nilaiku yang keluar minggu ini. Ternyata, melihat nilai-nilai dipapan pengumuman hanya membuat aku tambah mumet. Dua mata kuliah B, dibantai oleh tiga buah Nilai C dan satu nilai T.
Aku langsung teringat percakapanku dengan ibu. Terbayang olehku jalan yang masih sangat puaaaaaanjang, untuk bisa mendapat ijin secara gampang untuk menikah. Jangankan untuk mencari pekerjaan sambilan, untuk berusaha agar tidak tetep jadi ‘mahasiswa abadi’ saja udah bikin aku ngap-ngapan. Sepertinya beberapa bulan kedepan aku masih harus bergulat dengan tugas akhir yang menungguku.
Aku masih harus mengurus TA ku ke dosen pembimbing. Sayang beliau sedang tidak ditempat. Akhirnya kuputuskan menunggu sambil ngenet gratisan di Labkom. Tiba-tiba HP ku berbunyi…
“Hmmm… Tresno?”, pikirku. Tumben-tumbenan dia nelepon, biasanya hanya ngeSMS, itupun nyari yang gratisan. Dengan agak males akhirnya aku angkat telepon itu, daripada bikin rame. “Ya No, knapa….?”.
Responnya sangat tidak kuharapkan. “Huaaa……!!”, dia menangis dengan teriak-teriak ditelepon.
“Hoi… lo kenapa? Jangan sentimentil gitu dong…. kalo lo gagal lulus Juli kan ntar bisa bareng gue!! Hehehe….” Sebuah jawaban yang jelas sama sekali gak membantu. Di sela tangisnya yang entah beneran ato dibuat-buat dia menyahut “Wah, sialan Lo… Kurang ajar…”.
“Iya, terus kenapa?” tanyaku mulai penasaran.
“lo inget tadi kan?”
“Kapan? Pas lo baru bangun? Ato pas lo bilang gue mo disunat?” jawabku asal.
“Bukan goblok… Tadi, digerbang.” Dia agak gregetan juga ternyata. “Lo ngomongin cewek mana lagi sih?” sambarku tambah gak sabar.
“Bukan!! Nada…. Nada…!!” jawabnya gak sabar.
“Oh, iya…. kenapa sih? Dia jadian sama cowok mana lagi?”
“Ini lebih gawat!! Lo tau undangan yang tadi kan?”
Tanpa dikomando, otakku langsung paham maksudnya… ngangguk-ngangguk dan tersenyum kecut. Omongan Tresno sudah tak kuperhatikan lagi…. ternyata Nada menikah!!
Terbayang kembali percakapan ku dengan ibu yang semakin konyol saat kuingat-ingat lagi. Dalam hati aku bergumam lagu populer “mahasiswa rantau…” milik sebuah band yang terkenal konyol…
Mahasiswa….. mahasiswa….