Pernikahan adalah ikatan suci yang bisa menyatukan manusia dalam naungan dan bimbingan sang Rabb yg Maha Tinggi Menuju level kehambaan yg lebih tinggi dari sebelumnya dan kebahagiaan dunia(kehidupan keluarga sakinah mawaddah wa rahmah) dan akhirat.
namun disisi lain pernikahan pun dapat menjadi suatu bumerang kehidupan. dimana visi menuju kebahagiaan yg dimaksud, justru menyeret pasangan didalamnya menuju Keburukan, atau lembah konflik.
thats why….. dalam “meniti jalan menuju” dan “menjalani” pernikahan perlu visi dan arah tujuan yang abadi, yaitu akhirat.
jika saya ditanya mengapa saya memutuskan merencanakan pernikahan dini, maka saya jawab saya ingin jalan terbaik untuk hidup saya, didunia maupun akhirat.
setelah bercermin pada diri saya sendiri, saya menemukan beberapa sifat yang perlu “diseimbangkan”. inkonsistensi, emosional yang labil, sifat ingin menonjol, dan mudah patah semangat adalah potensi negatif yang dapat menimbulkan dampak negatif pula bila tidak dimanage secara benar. hal yang paling saya takutkan sebenarnya bila potensi negatif yang ada, kelak menjadi sumber bahaya bagi gerakan dakwah.
langsung saja, kriteria akhwat/wanita/bidadari yang saya rumuskan dalam pencarian saya menuju pernikahan kelak:
1. Aktifis Gerakan Dakwah
Why…? saya memiliki harapan, pernikahan menjadi wahana sinergisasi gerak dakwah yang saya jalani. butuh seseorang yang nantinya jadi tempat berbagi, saling menyemangati, dan spirit guardian yang menjaga kekonsistenan ruhiyah saya.
2. Wanita yang tegas dan Konsisten dalam menjaga izzah(harga diri)nya dan dalam mengamalkan din-nya yang mulia
Masuk didalamnya bagaimana ia berbusana—!! sebenarnya, ini syarat yg ini belum pantas saya tuntut mengingat saya orang yang sulit untuk rapi!!—-, dan sikap pergaulannya. Saya lebih prefer ke akhwat yang dianggap galak dalam bergaul dalam lingkungan Organisasi.
3. memiliki Background keilmuan dan Pemikiran yang sama dengan saya, serta orang yg kritis
Harapannya ia bisa menjadi teman dialog, dan sharing idea.
nb: diluar itu masih ada harapan-harapan kecil yang menjadi Kriteria sekunder.
“inkonsisten, emosi labil, sifat ingin menonjol, dan mudah patah semangat”Hahaha.. kombinasi yang tipikal abg “anak baru ghirah” hueuhueuehee..abis itu liat kriterianya.. mmmm huheuheuhehee.. itu mah “narsis” alias..sesuatu yang tersirat di balik kriteria itu adalah “kamu sangat suka dirimu sendiri, karenanya akhwat yg kamu cari adalah: yang mirip kamu” 🙂 :Dbener ga tuh?hueheuheuhuehee.. mungkin salah.tapi kayaknya bener :)so,sebagai kesimpulan,meskipun kamu katanya pengen menikah dini..heheheeehee.. tebakan saya mah.. JALANMU MASIH PANJANG BUNG !”Menikahlah” dulu dengan dirimu sendiri. Temukan jatidiri, kerendahan hati dan kepasrahan diri dihadapan takdirNya,Setelah itu.. kita siap akan apapun yang terjadi, kalaupun itu adalah kematian di pagi esok hari.
yah….gak papalah….pokoknya saat ini “acc” dari orang tua sudah turun…. tinggal “melengkapi syarat-syarat”.saya tetap pasti akan pasrah pada takdir… tapi, saya rasa mengusahakan apa yang saya yakini adalah hal terbaik yang bisa saya lakukan sekarang.saya punya pandangan sendiri ttg pernikahan.melihat apa yang saya alami sejauh ini, kenyarisan-kenyarisan untuk jatuh ke jurang zina terbukalebar.itulah yang membuat saya mempertimbangkan visi lama saya sebelum melangkah ke ITB. Saya pikir opsi menikah dini adalah solusi yang bisa menjawab kebutuhan dan tuntutan pembelajaran saya…